http://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/issue/feedMedika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan2025-12-03T09:45:55+07:00Misriyanimisriyani85@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan</strong> published by Faculty of Medicine, Alkhairaat University is a peer-reviewed scientific journal dedicated to publishing good quality of research work in all areas of medical sciences.</p>http://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/335HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAIBONAT KABUPATEN KUPANG2025-12-02T21:20:49+07:00Rita Serehritasereh39@gmail.comAnna H. Talahaturitasereh39@gmail.comGrouse T. S. Oematanritasereh39@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Pertumbuhan serta perkembangan bayi berusia dua tahun sangat memerlukan asupan gizi yang memadai. Ada beberapa faktor yang memengaruhi keadaan gizi, yakni faktor dari luar dan faktor dari dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara faktor ekonomi sosial dan kebiasaan makan dengan status gizi pada bayi dan balita di area pelayanan Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang. Jenis penelitian dalam penelitian ini ialah survey analitik dengan dengan desain rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang selama Maret-April 2025. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 baduta di kelurahan Naibonat. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dan setiap anggota populasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Faktor Sosial Ekonomi dan Pola Konsumsi, variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi baduta. pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data di analisa menggunakan uji chi square dengan signifikan <0,05. Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu (p value>0,793), ada hubungan yang signifikan pengetahuan gizi ibu (p value<0,002), tidak ada hubungan pendapatan (p value>0,742), ada hubungan jumlah anggota keluarga (p value<0,000), jenis pangan (p value<0,000) jumlah konsumsi (p value<0,000), frekuensi makan (p value<0,000).</p> <p> </p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>The growth and development of two-year-old infants need adequate nutrition. Factors that influence nutritional status are external factors and internal factors. This study aims to determine the relationship between socio-economic factors and consumption patterns with the nutritional status of toddlers in the work area of the Naibonat Health Center, Kupang Regency. The type of research in this study is an analytical survey with a research design using a cross-sectional study approach. This research was conducted in the work area of the Naibonat Health Center, Kupang Regency, during March-April 2025. The sample in this study was 68 toddlers in the Naibonat sub-district. The sampling method in this study used probability sampling with a simple random sampling technique, namely random sampling, and each member of the population was included. The independent variables in this study are Socioeconomic Factors and Consumption Patterns; the dependent variable in this study is the nutritional status of toddlers. Data collection using a questionnaire. Data were analyzed using the chi-square test with a significance of <0.05. The results of the analysis showed no significant relationship between maternal education (p value = 0.793), there was a significant relationship between maternal nutritional knowledge (p value = 0.002), there was no relationship between income (p value = 0.742), there was a relationship between the number of family members (p value = 0.000), type of food (p value = 0.000) amount of consumption (p value = 0.000), frequency of eating (p value = 0.000).</em></p>2025-12-02T18:49:46+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/337FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA ENDE2025-12-02T21:20:49+07:00Cornelia Samantha Wadhiwadhisamantha@gmail.comImelda F. E. Manurungconeliawadhi@gmail.comYendris Krisno Syamruthconeliawadhi@gmail.comMaria M. Dwi Wahyuniconeliawadhi@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diare masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan pada balita di Indonesia, Diare didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan frekuensi buang air besar dengan feses yang cair atau encer. Ini bisa disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, kram perut, dan kadang – kadang penurunan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota Ende. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan case control. Sampel terdiri dari 66 balita, masing-masing 33 kasus dan 33 kontrol, dipilih secara simple random sampling. Teknik sampling sampel kasus dan kontrol menggunakan simple random sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara personal hygiene (p=0,007; OR=0,217) dan sanitasi lingkungan (p=0,068; OR=0,323) dengan kejadian diare. Sedangkan klasifikasi rumah sehat dan indikator keluarga sehat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah personal hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Intervensi promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk menurunkan prevalensi diare pada balita.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Diarrhea is still a significant health problem in Indonesian toddlers, Diarrhea is defined as a condition in which one experiences an increase in the frequency of defecation with liquid or dilute feces. This can be accompanied by other symptoms such as nausea, vomiting, stomach cramps, and sometimes weight loss. This study aims to find out the factors related to the incidence of diarrhea in toddlers in the working area of the Ende City Health Center. The research method used is quantitative with a case control approach. The sample consisted of 66 toddlers, 33 cases each and 33 controls, selected simply random sampling. Case sampling and control techniques use simple random sampling. Data analysis using univariate and bivariate analysis. Research results show that there is a significant relationship between personal hygiene (p=0.007; OR=0.217) and environmental sanitation (p=0.068; OR=0.323) with diarrhea. Meanwhile, the classification of healthy houses and healthy family indicators do not show a significant relationship (p>0.05). The conclusion of this study is that personal hygiene and environmental sanitation are factors related to the incidence of diarrhea in toddlers. Promotive and preventive interventions need to be improved to reduce the prevalence of diarrhea in toddlers</em></p>2025-12-02T18:50:10+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/338GAMBARAN TOXIC RELATIONSHIP ANTARA AYAH DAN ANAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA DI KOTA KUPANG2025-12-02T21:20:49+07:00Juwita D.R Nomlenijuwitanomleni00@gmail.comM.K.P Abdi Kerafjuwianomleni00@gmail.comJuliana M.Y Benujuwianomleni00@gmail.com<p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">ABSTRAK</span></span></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Toxic relationship</span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> antara ayah dan anak perempuan merupakan fenomena yang kompleks, terutama dalam konteks budaya patriarkis yang menempatkan ayah sebagai figur otoritas tertinggi dalam keluarga. Pola-pola negatif seperti kontrol berlebihan, pengabaian emosional, kekerasan verbal, komunikasi sosial yang menyakitkan, dan manipulasi psikologis sering kali muncul dalam hubungan ini yang berdampak pada kesehatan mental anak perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan </span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">hubungan beracun</span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> antara ayah dan anak perempuan dalam keluarga di Kota Kupang, daerah yang menunjukkan angka kekerasan emosional terhadap anak perempuan yang cukup tinggi. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, penelitian ini melibatkan lima partisipan perempuan berusia 18–25 tahun yang memiliki pengalaman hubungan tidak sehat dengan ayah mereka. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan metode </span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Interpretative Phenomenological </span></span> <span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Analysis</span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> (IPA). Hasil penelitian mengungkapkan tiga tema utama: ketimpangan hubungan kekuasaan dalam hubungan ayah dan anak perempuan, dampak psikologis terhadap anak perempuan serta strategi bertahan, Harapan dan ambivalensi terhadap figur ayah. Penelitian ini menyoroti urgensi kesadaran kolektif mengenai dampak jangka panjang hubungan disfungsional dalam keluarga dan pentingnya intervensi psikologis yang kontekstual serta berbasis budaya lokal.</span></span></p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Toxic relationships between fathers and daughters represent a complex phenomenon, particularly within patriarchal cultures that position the father as the highest authority figure in the family. Negative patterns such as excessive control, emotional neglect, verbal abuse, painful social comparisons, and psychological manipulation often emerge in these relationships, significantly affecting the daughter's mental health. This study aims to describe toxic father and daughter relationships within families in Kupang City, a region with a notably high rate of emotional abuse against young women. Using a qualitative approach with a phenomenological method, the study involved five female participants aged 18–25 who had experienced unhealthy relationships with their fathers. Data were collected through semi-structured interviews and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The findings revealed three main themes: power imbalance in father-daughter relationships, psychological impacts on the daughters, and survival strategies, along with hope and emotional ambivalence toward the father figure. This study highlights the urgent need for collective awareness of the long-term effects of dysfunctional family relationships and emphasizes the importance of psychological interventions that are contextual and culturally grounded.</em></p>2025-12-02T18:53:23+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/340FAKTOR PENENTU KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG2025-12-02T21:20:49+07:00Mila Yana J. Kefimilakefi01@gmail.comAnna Henny Talahatumilakefi01@gmail.comMarselinus Laga Nurmilakefi01@gmail.comLewi Jutomomilakefi01@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi salah satu pemicu tingginya angka kematian bayi (AKB) dan memiliki dampak lebih besar untuk mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan bahkan mengalami stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisi faktor penentu kejadian berat badan lahir rendah di Puskesmas Oesapa tahun 2022-2023. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi <em>case control</em>. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa dengan sampel sebanyak 114 ibu di antaranya 57 ibu dengan kasus BBLR dan 57 ibu dengan BBLN. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariabel, bivariabel, dan mulivariat dengan uji statistik <em>chi square</em> dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah umur melahirkan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, jarak kelahiran, tingkat pendapatan, pemanfaatan pemeriksaan ANC, dan kebiasaan makan selama hamil sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah paritas (p= 0,061). Faktor kebiasaan makan selama hamil (ρ= 0,000), pemanfaatan ANC (ρ= 0,002) dan tingkat pendidikan (p= 0,001) merupakan faktor penentu kejadian BBLR. Puskesmas diharapkan dapat memanfaatkan berbagai media promosi kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya pola konsumsi yang baik serta pentingnya pemeriksaan kehamilan selama ibu hamil.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Low birth weight (LBW) is one of the triggers for the high infant mortality rate (IMR) and has a greater impact on experiencing developmental and growth disorders in childhood and even stunting. This study aims to analyze the determinants of the incidence of low birth weight at the Oesapa Health Center in 2022-2023. This type of research is a quantitative research with a case control study approach. The study was conducted in the working area of the Oesapa Health Center with a sample of 114 mothers, including 57 mothers with LBW cases and 57 mothers with normal birth weight. The data analysis used was univariable, bivariable, and multivariate analysis with chi square statistical tests and multiple logistic regression. The results showed that the factors that affected the incidence of LBWwere age of delivery, level of education, level of knowledge, birth distance, income level, while the factors that did not affect were parity (p= 0.061). Factors such as eating habits during pregnancy (ρ= 0.000), utilization of ANC (ρ= 0.002) and education level (p= 0.001)) were determinants of the incidence of LBW. Puskesmas are expected to utilize various health promotion media in order to increase mothers' knowledge of the importance of good consumption patterns and the importance of pregnancy checks during pregnancy.</em></p>2025-12-02T18:57:11+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/341EFEK METFORMIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS MODEL OBESITAS2025-12-02T21:20:50+07:00David Pakayadavidpakaya@ymail.comGusti Ngurah Andika Bhaskara Pinatihdavidpakaya09@gmail.comWira Amaz Gaharidavidpakaya09@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Peradangan pada obesitas dapat menyebabkan peningkatan sitokin pro-inflamasi sehingga memicu hipertrofi kerusakan pada tubulus ginjal. Pemberian metformin pada penderita obesitas dapat menurunkan produksi sitokin pro-inflamasi dan mencegah terjadinya kerusakan ginjal. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek metformin terhadap berat badan dan gambaran histopatologi ginjal pada tikus model obesitas. Penelitian eksperimental dengan rancangan <em>posttest only controlled group design </em>dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, menggunakan tikus putih galur Wistar jantan, usia 10-12 minggu, berat badan (BB) 200-250 gram, berjumlah 15 ekor. Tikus dibagi dalam 3 kelompok perlakuan; K1: kontrol normal; K2: kontrol negatif (model obesitas); K3: model obesitas + terapi metformin 250 mg/kgBB. Tikus dimodifikasi menjadi model obesitas dengan pemberian <em>high fat diet </em>(HFD). Dilakukan pengukuran BB secara berkala. Gambaran histopatologi ginjal didapatkan dari blok parafin dengan pewarnaan <em>Hematoksilin eosin </em>(HE) dan dianalisis secara kualitatif dengan menilai tingkat kerusakan tubulus ginjal dan analisis kuantitatif dilakukan dengan <em>Grapphad Prsima 8.0.0</em> menggunakan uji nonparametrik <em>Kruskal-Walis</em>. Hasil terapi metformin menurunkan berat badan pada K3 mulai hari ke-42 (p=0,0049). Skor cedera tubulus ginjal lebih rendah dibandingkan K2, namun tidak berbeda secara statistik (p=0,9). Metformin mampu menurunkan berat badan dan mencegah kerusakan tubulus ginjal tikus model obesitas.</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Obesity is a chronic disease resulting from the accumulation of excess body fat. Obesity can lead to an increase in pro-inflammatory cytokines that can cause injury of kidney tubule. Giving metformin to obese can reduce the production of pro-inflammatory cytokines and prevent the occurrence of tubule injury. The aim of this study to determine the effect of metformin on body weight and kidney histopathological of obese rat model. This is a experimental research with posttest only controlled group design with qualitative and quantitative approaches. This study used 15 male Wistar strain white rats, aged 10-12 weeks, body weight (BB) 200-250 grams. The rats were divided into 3 groups; K1: normal control; K2: negative control (obesity model); K3: obesity model + metformin therapy 250 mg/kgBB. The rats were modified into models of obesity with high fat diet (HFD)administration. Periodic BB measurements are carried out. The histopathological kidney is obtained from the paraffin bloc and Hematoxylin eosin (HE) staining. The data were analyzed qualitatively by assessing the degree of renal tubules injury and quantitative analysis was carried out by assessing the level of kidney damage using Grapphad Prsima 8.0.0 with nonparametric Kruskal-Wallis test. Metformin therapy decrease weight on K3 starting on day 42, (p=0.0049). The renal tubule injury score was lower than K2, but there was not statistically different (p=0,9). Metformin were able to decrease weight and prevent kidney tubule injury in obese rats model</em></p>2025-12-02T19:01:27+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/342STUDI EPIDEMOLOGI KONSUMSI DAGING IKAN PAUS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA LAMALERA KABUPATEN LEMBATA TAHUN 20242025-12-02T21:20:50+07:00Archangela Rom Ose Agunarchangelaagun@gmail.comLewi Jutomoarchaangelaagun@gmail.comDeviarbi Sakke Tiraarchaangelaagun@gmail.comImelda F. E. Manurungarchaangelaagun@gmail.com<p style="text-align: justify; margin: 12.0pt 0cm 12.0pt 0cm;"><strong><span style="color: black;">ABSTRAK</span></strong></p> <p style="text-align: justify; margin: 12.0pt 0cm 12.0pt 0cm;"><span style="color: black;">Masyarakat Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, dikenal dengan tradisi berburu paus sperma (Physeter macrocephalus) sejak abad ke-17 untuk dikonsumsi, dijual, atau ditukar. Praktik ini merupakan tradisi masyarakat Desa Lamalera, mereka umumnya mengonsumsi daging paus yang diawetkan, dengan preferensi daging paus yang diawetkan karena daya simpannya yang lebih lama. Hipertensi merupakan gejala penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah ≥ 140/≥ 90 mmHg. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pola konsumsi daging paus (frekuensi, jumlah, dan jenis) dengan kejadian hipertensi pada masyarakat Desa Lamalera. Jenis penelitian penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di Desa Lamalera A dan B dengan sampel sebanyak 225 keluarga, dengan satu sampel per keluarga dengan usia 15–64 tahun. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi-square. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi daging ikan paus dengan kejadian hipertensi (<em>p-value</em> = 0,555 > 0,05), tidak ada hubungan antara jumlah konsumsi daging ikan paus dengan kejadian hipertensi (<em>p-value </em>= 0,555 > 0,05), tidak ada hubungan antara jenis konsumsi daging ikan paus dengan kejadian hipertensi (<em>p-value</em> = 0,535 p > 0,05. Dapat disimpulkan Pola konsumsi daging ikan paus tidak berakibat terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat Desa Lamalera. Penelitian ini membuktikan bahwa konsumsi daging ikan paus dapat mencegah penyakit tidak menular seperti hipertensi.</span></p> <p style="text-align: justify; margin: 12.0pt 0cm 12.0pt 0cm;"><em><strong><span style="color: black;">ABSTRACT</span></strong></em></p> <p style="text-align: justify; margin: 12.0pt 0cm 12.0pt 0cm;"><em><span style="color: black;">The Lamalera Village community, Lembata Regency, is known for its tradition of hunting sperm whales (Physeter macrocephalus) since the 17th century for consumption, sale, or exchange. This practice is a tradition of the Lamalera Village community, they generally consume preserved whale meat, with a preference for preserved whale meat because of its longer shelf life. Hypertension is a symptom of a disease characterized by increased blood pressure ≥ 140/≥ 90 mmHg. The purpose of the study was to determine the relationship between whale meat consumption patterns (frequency, quantity, and type) with the incidence of hypertension in the Lamalera Village community. The type of research was quantitative research with a cross-sectional design. The study was conducted in Lamalera Village A and B with a sample of 225 families, with one sample per family aged 15–64 years. Data analysis used univariate and bivariate analysis with the chi-square statistical test. The results of the statistical test showed no relationship between the frequency of whale meat consumption and the incidence of hypertension (p-value= 0.555 > 0.05), there is no relationship betweenthe amount of whale meat consumption with the incidence of hypertension (p-value =0,555 > 0.05), there is no relationship between the type of whale meat consumptionwith the occurrence of hypertension (p-value= 0.535 p > 0.05. It can be concluded that the patternConsumption of whale meat does not result in the occurrence of hypertension inLamalera Village community. This study proves that consumption of fish meatWhales can prevent non-communicable diseases such as hypertension.</span></em></p>2025-12-02T19:04:29+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/345FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA OEBAFOK WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUTUA KABUPATEN ROTE NDAO2025-12-02T21:20:50+07:00Adon Ranti Adurantiapril03@gmail.comUtma Aspatriaadonranti3@gmail.comGrouse T.S.Oematanadonranti3@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Gizi menjadi tantangan kesehatan yang dihadapi oleh banyak negara, baik yang telah maju maupun yang masih berkembang. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya masalah gizi buruk dan gizi kurang, termasuk kemiskinan, tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, pola asuh mereka, makanan pendamping, penyakit infeksi, stabilitas keamanan negara, ketersediaan fasilitas kesehatan, kurangnya praktik pemberian ASI eksklusif, kejadian bayi lahir dengan berat rendah, serta asupan nutrisi selama kehamilan. Wilayah kerja Puskesmas Batutua merupakan puskesmas yang memiliki gizi buruk tertinggi sebanyak 193 balita pada tahun 2023. Penelitian ini dilakukan di Desa Oebafok Kabupaten Rote Ndao dan di laksanakan pada bulan Agustus 2024. Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Desa Oebefok Wilayah Kerja Puskesmas Batutua Kabupaten Rote Ndao. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain <em> cross sectional study </em>dan jumlah sampelnya 50 orang. Data dianalisis menggunakan univariat dan bivariat dengan <em>uji chi square. </em>Hasil riset menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan (r=0,002),riwayat penyakit infeksi (r=0,003),pendapatan keluarga (r=0,000),tingkat konsumsi pangan (r=0,000). Di sarankan kepada ibu balita di Desa Oebafok wilayah Kerja Puskesmas Batutua Kabupaten Rote Ndao sebaiknya lebih memahami tentang pengatahuan gizi pada balita, dengan tujuan agar status gizi balita bisa dipantau secara maksimal dan menghindari status gizi buruk pada bailta.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Malnutrition is a health challenge faced by many countries, both developed and developing. There are many factors that contribute to the occurrence of malnourishment and undernutrition, including poverty, the level of education and knowledge of parents, their parenting styles, complementary feeding, infectious diseases, national security stability, availability of healthcare facilities, a lack of exclusive breastfeeding practices, the incidence of low birth weight infants, and nutritional intake during pregnancy. The working area of Batutua Community Health Centre is a health centre with the highest rate of malnutrition, recording 193 under-fives in 2023. This research was conducted in Oebafok Village, Rote Ndao Regency, and was carried out in August 2024. The aim of this research is to identify the factors related to the nutritional status of toddlers in Oebafok Village, the working area of the Batutua Health Centre in Rote Ndao Regency. This type of research is quantitative, employing a cross-sectional study design with a sample size of 50 individuals. Data were analysed using univariate and bivariate analysis with a chi-square test. Research results show that there is a relationship with knowledge level at 0.002, history of infectious diseases at 0.003, family income at 0.000, and level of food consumption at 0.000. It is recommended that mothers of toddlers in Oebafok village, the working area of Batutua Health Centre in Rote Ndao Regency, should better understand nutritional knowledge for toddlers, with the aim of monitoring the nutritional status of toddlers as effectively as possible and avoiding poor nutritional status in toddlers.</em></p>2025-12-02T19:08:05+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/346HUBUNGAN REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI VERBAL PADA PASANGAN SUAMI ISTRI DI KOTA KUPANG2025-12-02T21:20:50+07:00Ningsihningsihnbk.nn@gmail.comM.K.P Abdi Kerafinfo@undana.ac.idJuliana M.Y Benuinfo@undana.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku agresi verbal pada pasangan suami istri di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang. Latar belakang penelitian ini adalah didasarkan pada kasus perceraian pertahun dimana sekitar 70% diakibatkan oleh kasus perselisihan dalam rumah tangga. Menurut BPS (2023) kota Kupang menjadi kota yang paling banyak mencatat kasus perceraian yang diakibatka perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga. Kasus terbaru lainnya terdapat 2 kasus kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2024 di Kelurahan Fatululi. Adanya konflik dalam rumah tangga sering kali dipicu oleh ketidakmampuan individu dalam mengelola emosinya secara adaptif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku agresi verbal pada pasangan suami istri di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan melibatkan 164 subyek, yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner menggunakan skala regulasi emosi dan agresi verbal yang telah divalidasi. Hasil korelasi Pearson menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (r = -0,666; p < 0,001), yang berarti semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah agresi verbal. Regulasi emosi menyumbang 44,4% variansi pada agresi verbal, memperkuat pentingnya kemampuan ini dalam meredam konflik dalam rumah tangga</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>This study aims to determine the relationship between emotional regulation and verbal aggression behavior in married couples in Fatululi Village, Kupang City. The background of this study is based on divorce cases per year where around 70% are caused by cases of disputes in the household. According to BPS (2023), Kupang City is the city with the most recorded cases of divorce due to disputes and quarrels in the household. Another recent case was 2 cases of domestic violence in 2024 in Fatululi Village. Conflict in the household is often triggered by the inability of individuals to manage their emotions adaptively. Therefore, this study aims to determine the relationship between emotional regulation and verbal aggression behavior in married couples in Fatululi Village, Kupang City. The study used a quantitative correlational approach involving 164 participants, selected using simple random sampling. Data collection employed adapted and validated scales for emotional regulation and verbal aggression. Pearson correlation results showed a significant negative relationship (r = -0.666, p < 0.001), indicating that the higher the emotional regulation, the lower the verbal aggression. Emotional regulation accounted for 44.4% of the variance in verbal aggression, confirming its pivotal role in mitigating harmful communication within marriage.<br></em></p>2025-12-02T19:11:58+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/349FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU KEHADIRAN MAHASISWA PADA JAM PERTAMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA2025-12-02T21:20:51+07:00Luthfiah Amelia ArtjanLuthfiahamelia78@gmail.comAndi Millaty Halifah Dirgahayu Lantaraa.millaty.hdl@umi.ac.idSuliati P. Amirsuliatip.amir@umi.ac.idShulhana Mochtarsuliatip.amir@umi.ac.idMuhammad Wirasto Ismailsuliatip.amir@umi.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kehadiran mahasiswa secara tepat waktu dalam perkuliahan pagi memiliki peran penting dalam menjamin efektivitas proses pembelajaran, khususnya pada pendidikan kedokteran yang menuntut kedisiplinan tinggi, beban akademik besar, dan kesiapan mental yang optimal. Namun, keterlambatan mahasiswa masih menjadi permasalahan yang sering terjadi, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketepatan waktu kehadiran mahasiswa pada jam kuliah pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang (cross-sectional). Sampel terdiri dari 197 mahasiswa preklinik angkatan 2022 yang dipilih melalui teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner terstruktur yang mencakup enam variabel: motivasi belajar, kualitas tidur, minat terhadap mata kuliah (faktor internal), serta metode pengajaran dosen, faktor cuaca, dan lingkungan perkuliahan (faktor eksternal). Data dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar (p = 0,045) dan minat terhadap mata kuliah (p = 0,010) berpengaruh positif signifikan terhadap kehadiran mahasiswa, sementara metode pengajaran dosen (p = 0,005) dan lingkungan perkuliahan (p < 0,001) berpengaruh negatif signifikan. Kualitas tidur dan faktor cuaca tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Model ini menjelaskan 48,7% variasi dalam kehadiran (R² = 0,487). Hasil ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu kehadiran lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis dan pedagogis daripada faktor lingkungan fisik atau fisiologis.</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p>Punctual student attendance during early morning lectures plays a vital role in ensuring the effectiveness of learning, particularly in medical education, which demands high levels of discipline, academic workload, and mental readiness. However, student tardiness remains a common issue, influenced by various internal and external factors. This study aimed to analyze the factors affecting the punctuality of students’ attendance in the first lecture session at the Faculty of Medicine, Universitas Muslim Indonesia. A cross-sectional quantitative design was used with a total sample of 197 pre-clinical students from the 2022 cohort, selected through quota sampling. Data were collected using structured questionnaires covering six independent variables: internal factors (learning motivation, sleep quality, and subject interest) and external factors (teaching methods, weather conditions, and learning environment). Data were analyzed using multiple linear regression with SPSS software. The results showed that learning motivation (p = 0.045) and interest in the subject (p = 0.010) had a positive and significant effect on student attendance. Conversely, teaching methods (p = 0.005) and the classroom environment (p < 0.001) had a significant negative effect. Sleep quality (p = 0.257) and weather (p = 0.776) were not statistically significant. The regression model explained 48.7% of the variation in attendance (R² = 0.487). These results show that punctuality in attendance is more influenced by learning motivation and interest in the course than by physical or physiological environmental factors.</p>2025-12-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/350PENGARUH VITAMIN B6 TERHADAP NILAI UJIAN BLOK MAHASISWA 2025-12-03T09:45:55+07:00Christin Rony Nayoanch.lapadji@gmail.comAnisha Inas Amanyanishainasamany@gmail.comVera Diana Towidjojoveradianatowidjojo@gmail.comAndi Alfia Muthmainnah Tanraalfiamuthmainnah@yahoo.comRahmarahma032.unhas@gmail.comIPFI Whiteferywhite@gmail.comHaerani Harunhaeraniharun.unhas@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Latar Belakang</strong> : Vitamin B6 berfungsi sebagai kofaktor dalam lebih dari 100 reaksi enzimatik, dan berperan pada sintesis neurotransmitter seperti gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin, dan dopamine sehingga berpotensi mempengaruhi fungsi otak yang berkaitan dengan konsentrasi, daya ingat, dan performa akademik pada mahasiswa terutama dalam ujian blok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin B6 terhadap nilai ujian blok mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako Angkatan 2023.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Metode :</strong> Penelitian kuasi-eksperimental dengan Posttest-Only Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, kemudian dibagi menjadi dua kelompok dengan perlakuan berbeda. Analisis data dilakukan melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan Uji T Sampel Independen.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Hasil </strong>: Total sampel adalah 36 mahasiswa yang dibagi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen-diberikan vitamin B6 100 mg per hari selama 3 minggu 5 hari dan kelompok kontrol-tidak diberikan vitamin B6. Didapatkan nilai rata-rata ujian blok pada kelompok eksperimen adalah 50,19; kelompok kontrol adalah 42,63; dan nilai signifikansi 0,006 antar kelompok.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kesimpulan</strong>: Suplementasi vitamin B6 dapat meningkatkan performa akademik mahasiswa kedokteran. Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak adanya penilaian awal (pre-test) sehingga kondisi awal sampel tidak diketahui, serta terdapat banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan yang mungkin memengaruhi performa akademik sampel penelitian.</p> <p style="font-weight: 400;"><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p style="font-weight: 400;"><em><strong>Background</strong>: Vitamin B6 functions as a cofactor in over 100 enzymatic reactions and plays a role in the synthesis of neurotransmitters such as gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin, and dopamine. These neurotransmitters have the potential to influence brain functions related to concentration, memory, and academic performance, particularly in medical students during block examinations. This study aimed to examine the effect of vitamin B6 supplementation on the block exam scores of medical students at the Faculty of Medicine, Tadulako University, Class of 2023.<br><strong>Methods</strong>: This was a quasi-experimental study using a posttest-only control group design. Samples were selected using random sampling and divided into two groups receiving different treatments. Data analysis included normality testing, homogeneity testing, and independent sample t-tests.<br><strong>Results:</strong> A total of 36 students participated in the study, divided into two groups: the experimental group received 100 mg of vitamin B6 daily for 3 weeks and 5 days, while the control group received no supplementation. The average block exam score in the experimental group was 50.19, compared to 42.63 in the control group, with a statistically significant difference between groups (p = 0.006).<br><strong>Conclusion:</strong> Vitamin B6 supplementation may enhance the academic performance of medical students. However, this study has limitations, including the absence of a baseline (pre-test) assessment, which prevents evaluation of initial conditions, and the presence of various uncontrolled factors that may have influenced the academic performance of the participants.</em></p>2025-12-02T19:29:56+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/351HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POST PARTUM DENGAN PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS SIKUMANA2025-12-02T21:20:51+07:00Grace Yuniarti Naomi Bora'agraceboraa10@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em>Antenatal care</em> (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan berkala oleh tenaga medis untuk meningkatkan kondisi ibu hamil dan mendeteksi risiko serta komplikasi. Faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC meliputi predisposisi, pemungkin, dan penguat, dengan pengetahuan ibu hamil sebagai faktor utama yang mendorong motivasi untuk rutin melakukan pemeriksaan. Pengetahuan ibu menjadi dasar dalam mengambil keputusan untuk pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu <em>post partum</em> dengan perilaku kunjungan pemeriksaan <em>antenatal care</em> di Puskesmas Sikumana. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan <em>case control</em>. Sampel diambil menggunakan teknik <em>purposive sampling </em>dengan jumlah sampel 60 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji <em>pearson product moment</em>. Pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku kunjungan pemeriksaan <em>antenatal care </em>di Puskesmas Sikumana dengan nilai <em>p</em>=0,029 dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku kunjungan pemeriksaan <em>antenatal care</em> di Puskesmas Sikumana dengan nilai <em>p</em>=0,514. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku kunjungan pemeriksaan <em>antenatal care</em> di Puskesmas Sikumana dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku kunjungan pemeriksaan <em>antenatal care</em> di Puskesmas Sikumana.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Antenatal care (ANC) refers to regular pregnancy check-ups by healthcare professionals to improve the physical and mental well-being of pregnant women and detect risks and complications. Factors influencing ANC visits include predispositional, enabling, and reinforcing factors, with the knowledge of the pregnant woman being the key factor driving motivation for regular check-ups. The knowledge of the mother serves as a basis for decision-making in seeking routine pregnancy examinations. This study aims to examine the relationship between maternal knowledge and attitude with ANC visit behavior among postpartum mothers at Puskesmas Sikumana. This research employed an observational analytic design with a case-control approach. A purposive sampling technique was used to select 60 samples. Data analysis was conducted using the Pearson product-moment test. Knowledge was found to have a significant relationship with ANC visit behavior at Puskesmas Sikumana with a p-value of 0.029, while no significant relationship was found between attitude and ANC visit behavior, with a p-value of 0.514. There is a significant relationship between maternal knowledge and ANC visit behavior at Puskesmas Sikumana, while no significant relationship exists between maternal attitude and ANC visit behavior at the same healthcare center.</em></p>2025-12-02T19:32:43+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/352KARAKTERISTIK PENDERITA ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS SOMBA OPU2025-12-02T21:20:51+07:00Muh. Nurfadli Saharfadlisahar024@gmail.comMona Nulandamona.nulanda_fk@umi.ac.idWindy Nurul Aisyahmona.nulanda_fk@umi.ac.idM. Hamsahmona.nulanda_fk@umi.ac.idHermiaty Nasruddinmona.nulanda_fk@umi.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><span style="font-weight: 400;">Anemia dalam kehamilan masih menjadi masalah kesehatan serius yang berdampak pada ibu dan janin, seperti risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, hingga kematian perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita anemia dalam kehamilan di Puskesmas Somba Opu. Penelitian menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilaksanakan pada bulan Juni–Juli 2025 dengan total sampel sebanyak 80 ibu hamil yang mengalami anemia, diperoleh melalui total sampling. Data diperoleh dari rekam medis pasien dan dianalisis secara deskriptif menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia berada pada kelompok usia 26–31 tahun (42,5%), tingkat pendidikan terakhir SMA (68,8%), serta mayoritas tidak bekerja di sektor formal (ibu rumah tangga 75%). Berdasarkan usia kehamilan, anemia paling banyak terjadi pada trimester kedua (85%), dengan dominasi multipara (72,5%) dan suku Makassar (75%). Tingkat anemia yang terbanyak adalah kategori ringan (40%), diikuti sedang (23,8%), dan tidak ditemukan kasus anemia berat. Hasil ini menegaskan bahwa anemia ringan masih mendominasi, namun tetap memerlukan perhatian serius. Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil perlu dilakukan melalui intervensi komprehensif yang memperhatikan faktor sosial, budaya, dan fisiologis, serta peningkatan edukasi gizi dan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah.</span></p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Anemia in pregnancy remains a significant public health concern associated with adverse maternal and perinatal outcomes such as preterm birth, low birth weight, and even perinatal mortality. This study aimed to describe the characteristics of pregnant women with anemia at Somba Opu Health Center. A descriptive study with a cross-sectional approach was conducted in June–July 2025 involving a total sample of 80 anemic pregnant women, selected using total sampling. Data were collected from medical records and analyzed descriptively using frequency distribution and percentage. The results showed that most anemic pregnant women were aged 26–31 years (42.5%), had senior high school education (68.8%), and were predominantly housewives (75%). Based on gestational age, the majority of anemia cases occurred in the second trimester (85%), with multiparous women (72.5%) and Makassar ethnicity (75%) being the dominant groups. The highest proportion of anemia severity was mild anemia (40%), followed by moderate anemia (23.8%), with no severe anemia cases identified. These findings indicate that although mild anemia predominates, it still requires serious attention. Comprehensive management should consider social, cultural, and physiological factors, accompanied by nutritional education and compliance with iron and folic acid supplementation.</em></p> <p> </p>2025-12-02T21:19:32+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/353STUDI ASUPAN GIZI ENERGI DAN PROTEIN SERTA RIWAYAT SAKIT TERHADAP STATUS GIZI ANAK BATITA PADA MASYARAKAT LAMALERA2025-12-02T21:20:52+07:00Katarina Melania lelaonalelaonamelania@gmail.comLewi Jutomolelaonamelania@gmail.comMarselinus Laga Nurlelaonamelania@gmail.comIntje Picaulylelaonamelania@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Status gizi anak batita merupakan indikator penting dalam menentukan kualitas kesehatan dan perkembangan anak dimasa awal kehidupan. Di Desa Lamalera, keterbatasan akses terhadap pangan nabati serta tingginya konsumsi pangan hewani dari hasil laut, seperti daging ikan dan ikan paus, menjadi ciri khas pola makan masyarakat. Tingginya kejadian penyakit infeksi ringan seperti demam dan flu juga turut menurunkan asupan serta penyerapan gizi anak. Kondisi ini mendorong pentingnya kajian terhadap asupan energi, protein dan riwayat sakit dalam hubungannya dengan status gizi anak batita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan studi asupan energi dan protein serta riwayat sakit terhadap status gizi anak batita pada masyarakat Lamalera. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan rancangan <em>cross-sectional.</em> Besar sampel penelitian sebanyak 60 anak batita dan di pilih secara <em>cluster random sampling.</em> Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan analisis data menggunakan uji <em>chi-square.</em> Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi serta riwayat sakit dalam sebulan terakhir terbukti berpengaruh terhadap status gizi anak batita di Desa Lamalera. Anak dengan asupan energi dan protein yang kurang serta riwayat sakit memiliki risiko lebih tinggi mengalami status gizi kurang. Hasil ini menekan pentingnya intervensi gizi serta pengendalian penyakit infeksi pada anak usia dini untuk mencegah masalah gizi diwilayah pesisir dengan keterbatasan akses pangan.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p>The nutritional status of toddlers is an important indicator in determining the quality of their health and development in early life. In Lamalera Village, limited access to plant-based foods and high consumption of seafood, such as fish and whale meat, characterize the community's dietary patterns. The high incidence of mild infectious diseases such as fever and flu also reduces children's nutrient intake and absorption. This condition emphasizes the importance of studying energy and protein intake, and medical history in relation to the nutritional status of toddlers. This study aims to determine the relationship between energy and protein intake and medical history and the nutritional status of toddlers in the Lamalera community. This study was quantitative with a cross-sectional design. The sample size of 60 toddlers was selected using cluster random sampling. Data processing was carried out computerized with data analysis using the chi-square test. Insufficient energy and protein intake and a history of illness in the past month have been shown to influence the nutritional status of toddlers in Lamalera Village. Children with insufficient energy and protein intake and a history of illness are at higher risk of malnutrition. These results emphasize the importance of nutritional interventions and control of infectious diseases in early childhood to prevent nutritional problems in coastal areas with limited access to food.</p>2025-12-02T20:21:00+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/357TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS XI SMA NEGERI 9 KOTA BEKASI TENTANG PELANGGARAN KESUSILAAN PADA TAHUN 20242025-12-02T21:20:52+07:00Devina Astari Putridevina.a.p@mail.ugm.ac.idWikan Basworowikanbasworo@ugm.ac.idHendro Widagdohendrowidagdo@ugm.ac.idMartiana Suciningtyas Tri Artantimartianasuci@ugm.ac.idIdha Arfianti Wiraagniidha.arfianti@ugm.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kasus pelanggaran kesusilaan di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Tindak pelanggaran kesusilaan dapat terjadi di dalam rumah maupun di luar rumah seperti sekolah, tempat kerja, bahkan di fasilitas umum, serta dapa terjadi pada berbagai usia dan status sosial di masyarakat tanpa terkecuali pada remaja. Pelanggaran kesusilaan adalah tindakan yang tidak pantas dalam hal tatanan masyarakat yang beradab, serta merugikan dan merendahkan harkat dan martabat manusia. Pengetahuan remaja yang kurang akan pengertian dan bentuk dari pelanggaran kesusilaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pelanggaran kesusilaan pada remaja. Yaitu mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan remaja siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bekasi, serta mengetahui tingkat pengetahuan sesuai karakteristik remaja siswa kelas XI SMA Negeri 9 Kota Bekasi pada tahun 2024. Penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan potong lintang menggunakan data primer berupa kuesioner yang dianalisis secara deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah 193 siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bekasi. Mayoritas (73,6%) siswa kelas XI di SMA Negeri 9 pada tahun 2024 memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pelanggaran kesusilaan. Karakteristik remaja siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bekasi pada tahun 2024 yaitu sebagian besar siswa berusia 16 tahun (57%), berjenis kelamin perempuan (63,7%), sebagian besar ilmu yang diminati adalah ilmu pengetahuan sosial (64,8%), sebagian besar pernah mendapat informasi tentang pelanggaran kesusilaan (91,7%), dan sebagian besar menggunakan media sosial sebagai sumber informasi (70,5%). Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan responden yang pernah menerima informasi tentang pelanggaran kesusilaan.</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>The increasing incidence of indecency violations in Indonesia has become alarming, as such acts may occur in various settings, including homes, schools, workplaces, and public facilities, affecting individuals across all ages and social backgrounds, particularly adolescents. These violations represent inappropriate behaviors within a civilized society that undermine human dignity, while adolescents’ lack of knowledge regarding the definition and forms of indecency is a factor that may contribute to their occurrence. This study aimed to identify the characteristics and knowledge level of eleventh-grade students at SMA Negeri 9 Bekasi City in 2024, as well as to examine differences in knowledge according to respondents’ characteristics. A descriptive observational design with a cross-sectional approach was employed using a questionnaire as the primary instrument, involving 193 students as the study sample. The results showed that the majority of students (73.6%) demonstrated good knowledge about indecency violations. Most respondents were 16 years old (57%), female (63.7%), preferred social sciences (64.8%), had received information about indecency (91.7%), and used social media as the main source of information (70.5%). The study concludes that knowledge levels differ significantly by age, gender, and prior exposure to information regarding indecency violations.</em></p>2025-12-02T20:26:51+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/358PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN AIR REBUSAN KAYU MANIS TERHADAP MENCIT HIPERGLIKEMIK2025-12-02T21:20:52+07:00Aqilah Muharrati BausatAqilabausat@gmail.comMochammad Erwin Rachmanmochammaderwin.rachman@umi.ac.idNur Auliamochammaderwin.rachman@umi.ac.idSri Juliyanimochammaderwin.rachman@umi.ac.idMarzelina Karimmochammaderwin.rachman@umi.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan dunia, ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat gangguan produksi maupun penggunaan insulin. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah, termasuk pemanfaatan bahan alami seperti minyak zaitun (Olea europaea oil) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang diketahui memiliki kandungan bioaktif dengan efek hipoglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas pemberian minyak zaitun, air rebusan kayu manis, serta kombinasi keduanya terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan. Desain penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan pretest–posttest control group design pada 24 ekor mencit jantan yang dibagi dalam empat kelompok, masing-masing terdiri dari enam ekor. Data dianalisis menggunakan uji One-Way ANOVA dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak zaitun, air rebusan kayu manis, maupun kombinasi keduanya berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit hiperglikemik (p<0,001). Kelompok kombinasi menunjukkan kecenderungan memberikan penurunan yang lebih besar dibandingkan terapi tunggal, meskipun perbedaan antarperlakuan tidak bermakna. Dengan demikian, minyak zaitun dan kayu manis, baik secara tunggal maupun kombinasi, berpotensi menjadi alternatif terapi alami untuk menurunkan kadar glukosa darah, meskipun penelitian lanjutan pada manusia diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanan penggunaannya.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease with a high prevalence worldwide and in Indonesia, characterized by elevated blood glucose levels due to impaired insulin secretion or utilization. Various therapeutic approaches have been developed to reduce blood glucose levels, including the use of natural products such as olive oil (Olea europaea oil) and cinnamon (Cinnamomum burmannii), which contain bioactive compounds with hypoglycemic effects. This study aimed to compare the effectiveness of olive oil, cinnamon decoction, and their combination in reducing blood glucose levels in alloxan-induced hyperglycemic mice (Mus musculus). An experimental study with a pretest–posttest control group design was conducted using 24 male mice divided into four groups, each consisting of six subjects. Blood glucose levels were measured before and after treatment, and data were analyzed using One-Way ANOVA followed by Post Hoc Tukey HSD test. The results showed that olive oil, cinnamon decoction, and their combination significantly reduced blood glucose levels in hyperglycemic mice (p<0.001). The combination group demonstrated a greater tendency to reduce glucose levels compared to single treatments, although the difference was not statistically significant. In conclusion, olive oil and cinnamon, either alone or in combination, have potential as natural alternatives for reducing blood glucose levels, but further studies in humans are required to confirm their effectiveness and safety.</em></p>2025-12-02T20:40:52+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/359FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IBU DALAM PARTISIPASI PROGRAM PENDAMPINGAN BALITA STUNTING USIA 0-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BREBES2025-12-02T21:20:53+07:00Isna Nur Amaliaishnaa776@gmail.comErnawatiishnaa776@gmail.comMuhammad Riza Setiawanishnaa776@gmail.comHema Dewi Anggrahenyishnaa776@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Partisipasi pendampingan balita stunting usia 0-59 bulan di wilayah kerja puskesmas Brebes. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu ibu yang mengikuti program penampingan balita stunting. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap Ibu, data sekunder, dan wawancara. Data diuji menggunakan uji chisquare dengan bantuan software komputer. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 60 responden. Mayoritasresponden berusia <30 tahun yaitu sebanyak 49 orang (81,7%), dan yang >30 tahun sebanyak 11 orang (18,3%). Hasil uji statistic menggunakan chisquare dengan p = <0,05 diketahui yang memiliki hubungan bermakna dengan partisipasi program pendampingan balita stunting antara lain pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,005), dan akses komunikasi (p=0,001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan akses komunikasi ibu dengan partisipasi program pendampingan balita stunting usia 0-59 bulan di wilayah kerja puskesmas Brebes</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>This research was conducted to determine the factors related to mothers' participation in mentoring toddlers.stunting aged 0-59 months in the Brebes health center working area. Analytical observational research approachcross sectional. The sample for this research was mothers who participated in the toddler mentoring programstunting. Sampling technique withconsecutive sampling. This research instrument uses a mother's knowledge and attitude questionnaire, secondary data, and interviews. Data is tested using a testchisquare with the help ofsoftware computer. The total sample for this research was 60 respondents. The majority of respondents were <30 years old, namely 49 people (81.7%), and those >30 years old were 11 people (18.3%). Statistical test results usingchisquare with p = <0.05, it is known that there is a significant relationship with participation in the stunting toddler mentoring program, including knowledge (p=0.000), attitude (p=0.005), and access to communication (p=0.001). There is a relationship between mother's knowledge, attitudes and access to communication and participation in the toddler mentoring programstunting aged 0-59 months in the Brebes health center working area.</em></p>2025-12-02T20:44:16+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/362HUBUNGAN SWEET BEVERAGE, UNHEALTHY FOOD, DAN ZERO VEGETABLE OR FRUIT CONSUMPTION DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK RIWAYAT UNDERNUTRITION USIA 6-23 BULAN2025-12-02T21:20:53+07:00Tarisya Diyah Pitalokatarisyadyah@gmail.comHema Dewi Anggrahenytarisyadyah@gmail.comChamim Faizintarisyadyah@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan <em>sweet beverage, unhealthy food, dan zero vegetable or fruit consumption</em> dengan status gizi pada anak undernutrition usia 6-23 bulan. Studi ini kuantitatif analitik observasional memanfaatkan desain <em>cross sectional</em>. Subjek penelitian yakni ibu dan anak usia 6-23 bulan dengan <em>undernutrition</em> di Puskesmas Bandarharjo dan Tambak aji Kota Semarang pada bulan Januari 2024 dengan populasi sebanyak 55 orang. Teknik yang dipakai untuk mengambil sampel <em>non-random cluster sampling</em>. Uji statistik yang digunakan adalah uji <em>pearson correlation</em> dan uji <em>chi- square</em>. Hasil penelitian ditemukan terdapat hubungan UFC dengan status gizi BB/TB ( p=0,002 dan r=-0,410), BB/U (p=0,000 dan r=-0,509), dan TB/U (p=0,001 dan r=-0,431), akan tetapi tidak berhubungan SwB dengan BB/PB (p=4,048), BB/U (p=1,618), dan PB/U (p=1,930). Dan tidak berhubungan ZVF dengan BB/PB (p=0,587), BB/U (p=3,632), dan PB/U (p=1,105). Hasilnya memperlihatkan tidak ditemukan hubungan <em>zero vegetable or fruit consumption</em> dengan BB/U (p=0,0551), BB/U (p=0,912), dan PB/U (p=0,598). Konsumsi unhealthy food berlebihan akan menyebabkan asupakan makanan tidak adekuat dan akan mempengaruhi status gizi balita.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em>This study aims to analyze the relationship between sweet beverages, unhealthy food, and zero vegetable or fruit consumption with nutritional status in undernourished children aged 6-23 months. This quantitative analytical observational study utilized a cross sectional design. The research subjects were mothers and children aged 6-23 months with undernutrition at the Bandarharjo Health Center and Tambak Aji, Semarang City in January 2024 with a population of 55 people. The technique used to take non- random cluster sampling samples. The statistical tests used are the Pearson correlation test and the chi-square test. The results of the study found that there was a relationship between UFC and nutritional status of BW/TB (p=0.002 and r=-0.410), BW/U (p=0.000 and r=-0.509), and TB/U (p=0.001 and r= -0.431), but there is no correlation between SwB and BB/PB (p=4.048), BB/U (p=1.618), and PB/U (p=1.930). And there was no correlation between ZVF and BB/PB (p=0.587), BB/U (p=3.632), and PB/U (p=1.105). The results showed that there was no relationship between zero vegetable or fruit consumption and BB/U (p=0.0551), BB/U (p=0.912), and PB/U (p=0.598). Excessive consumption of unhealthy food will cause inadequate food intake and will affect the nutritional status of toddlers.</em></p>2025-12-02T20:46:42+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/363TYPHOID FEVER PADA ANAK USIA 2 TAHUN 9 BULAN: SEBUAH LAPORAN KASUS 2025-12-02T21:20:53+07:00Revi Rumbawaendarumbawa@gmail.comRifah Z. Soumenaendarumbawa@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini sering menyerang anak-anak akibat faktor risiko seperti kebersihan yang buruk dan kebiasaan jajan sembarangan. Kasus: Seorang anak perempuan berusia 2 tahun 9 bulan datang dengan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai diare cair, muntah, dan nyeri perut. Riwayat kebiasaan jajan sembarangan ditemukan. Pemeriksaan fisik menunjukkan lidah kotor dan faring hiperemis. Status gizi pasien tergolong gizi kurang. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia ringan, penurunan hematokrit, dan hasil Widal S. Typhi O 1/320. Pasien didiagnosis sebagai typhoid fever dan mendapat terapi ceftriaxone intravena, antipiretik, antiemetik, suplementasi zinc, probiotik, serta cairan intravena. Kondisi pasien membaik dan dipulangkan dalam keadaan stabil. Diskusi: Diagnosis tifoid pada anak perlu mempertimbangkan gejala klinis yang sering tidak khas. Pemeriksaan Widal dapat menunjang diagnosis pada daerah endemis, namun kultur darah tetap gold standard. Tatalaksana dengan antibiotik sefalosporin generasi ketiga terbukti efektif pada pasien anak yang membutuhkan rawat inap. Kesimpulan: Deteksi dini dan terapi yang tepat dapat memperbaiki prognosis demam tifoid pada anak. Edukasi mengenai kebersihan makanan dan pencegahan melalui imunisasi tifoid merupakan strategi penting untuk menurunkan angka kejadian penyakit ini.</p> <p style="font-weight: 400;"><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Typhoid fever remains a major public health problem in developing countries, including Indonesia. This disease often affects children due to risk factors such as poor hygiene and the habit of eating street food. Case: A 2-year-9-month-old girl was admitted to the hospital with a fever that had started 3 days prior, accompanied by watery diarrhea, vomiting, and abdominal pain. A history of eating street food was found. Physical examination revealed a coated tongue and hyperemic pharynx. The patient's nutritional status was classified as malnourished. Laboratory tests showed mild anemia, decreased hematocrit, and a Widal test result of S. Typhi O 1/320. The patient was diagnosed with typhoid fever and received intravenous ceftriaxone, antipyretics, antiemetics, zinc supplementation, probiotics, and intravenous fluids. The patient's condition improved and he was discharged in stable condition. Discussion: The diagnosis of typhoid in children needs to consider clinical symptoms that are often non-specific. Widal testing can support diagnosis in endemic areas, but blood culture remains the gold standard. Treatment with third-generation cephalosporin antibiotics has been proven effective in pediatric patients requiring hospitalization. Conclusion: Early detection and appropriate therapy can improve the prognosis of typhoid fever in children. Education on food hygiene and prevention through typhoid immunization are important strategies to reduce the incidence of this disease.</em></p>2025-12-02T20:49:21+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/365HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN AYAH PEROKOK AKTIF TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SINGGANI TAHUN 20252025-12-02T21:20:53+07:00Kurnia Hayatkurn31281@gmail.comRahmakurn31281@gmail.comSumarnikurn31281@gmail.comAry Anggarakurn31281@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Balita merupakan kelompok paling rentan terhadap pneumonia karena sistem pernapasan yang belum matang sepenuhnya. Paparan asap rokok, baik secara langsung maupun tidak langsung, terbukti menjadi faktor risiko utama yang meningkatkan insidensi pneumonia, dan infeksi saluran pernapasan lainnya pada balita 3-9 kali lipat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keterkaitan antara tingkat pendidikan ayah yang aktif merokok dengan tingkat pemahaman mereka tentang penyakit pneumonia pada anak balita. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan <em>cross-sectional. </em>Jumlah responden sebanyak 100 orang ayah yang dilakukan dengan purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian penunjukkan bahwa mayoritas ayah perokok aktif memiliki latar pendidikan menengah (72,3%), diikuti oleh pendidikan tinggi (45,8%), dan hanya sedikit yang berpendidikan dasar (3%), 74% responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pneumonia pada balita, dengan 22,9% memiliki pengetahuan baik dan hanya 3% yang pengetahuannya kurang. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ayah perokok aktif mengenai pneumonia pada balita dengan <em>p-value</em> <0,001 (p <0,05). Disarankan intervensi kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, terutama untuk kelompok berpendidikan rendah, guna mengurangi risiko pneumonia pada balita akibat paparan asap rokok.</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em><strong>Background</strong>: Toddlers are the most vulnerable group to pneumonia because their respiratory systems are not yet fully developed. Exposure to cigarette smoke, both directly and indirectly, has been proven to be a major risk factor that increases the incidence of pneumonia and other respiratory tract infections in toddlers by 3-9 times. This study aims to evaluate the relationship between the educational level of fathers who actively smoke and their level of understanding of pneumonia in toddlers. <br><strong>Methods</strong>: The quantitative analytical design used in this study is a cross-sectional approach. A total of 100 fathers surveyed through purposive sampling met the inclusion and exclusion criteria. <br><strong>Results</strong>: The results of the study indicate that the majority of active smokers have a secondary education (72.3%), followed by higher education (45.8%), and only a few have a primary education (3%). Seventy-four percent of respondents have sufficient knowledge about pneumonia in toddlers, with 22.9% having a good understanding, and 3% having insufficient knowledge. There was a significant relationship between education level and the knowledge of active smoking fathers about pneumonia in infants with a p-value <0.001 (p <0.05). It is recommended that public health interventions be tailored to education levels, especially for low-educated groups, to reduce the risk of pneumonia in infants due to exposure to cigarette smoke.</em></p>2025-12-02T20:52:53+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatanhttp://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/377KORELASI USIA DENGAN SKOR KEPARAHAN DERMATITIS ATOPIK PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR TAHUN 2022-20242025-12-02T21:20:53+07:00Dian Febriyanti Nurdiannur022004@gmail.comBerry Erida Hasbidiannur022004@gmail.comSri Vitayanisri.vitayani@umi.ac.idDian Amelia Abdisri.vitayani@umi.ac.idDahliahsri.vitayani@umi.ac.id<p><strong><span class="s11">ABSTRAK</span></strong></p> <p><span class="s11">Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit inflamasi kronis yang prevalensinya terus meningkat dan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi usia dengan skor keparahan dermatitis atopik pada pasien di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar periode 2022–2024. Penelitian dilakukan dengan desain observasional analitik menggunakan pendekatan </span><span class="s12">cross-sectional</span><span class="s11">. Sampel penelitian adalah seluruh pasien dengan diagnosis dermatitis atopik yang tercatat dalam rekam medis, dengan penilaian tingkat keparahan menggunakan skor SCORAD. Data dianalisis secara univariat untuk distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji </span><span class="s12">Fisher’s Exact Test</span><span class="s11"> karena ukuran sampel kecil. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi dermatitis atopik sebesar 4,05% dari total kunjungan, dengan mayoritas penderita berada pada kelompok usia dewasa </span><span class="s11">17 sampel </span><span class="s11">(81%) dan berjenis kelamin perempuan</span><span class="s11"> 13 sampel</span><span class="s11"> (61,9%). Tingkat keparahan sebagian besar berada pada kategori sedang </span><span class="s11">13 sampel </span><span class="s11">(61,9%). Uji statistik menghasilkan </span><span class="s12">p-value</span><span class="s11"> 0,253 sehingga tidak ditemukan hubungan signifikan antara usia dengan skor keparahan dermatitis atopik. Simpulan penelitian ini adalah bahwa usia bukan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan tingkat keparahan dermatitis atopik pada populasi penelitian, meskipun distribusi kasus lebih banyak ditemukan pada kelompok usia dewasa.</span></p> <p><em><strong><span class="s11">ABSTRACT</span></strong></em></p> <p><em><span class="s11">Atopic dermatitis is a chronic inflammatory skin disease with increasing prevalence that significantly impacts patients’ quality of life. This study aimed to determine the correlation between age and the severity score of atopic dermatitis among patients at Ibnu Sina Hospital Makassar during 2022–2024. The research employed an analytical observational design with a cross-sectional approach. The study population consisted of all patients diagnosed with atopic dermatitis recorded in medical records, while disease severity was assessed using the SCORAD index. Data were analyzed univariately for frequency distribution and bivariately using Fisher’s Exact Test due to the small sample size. The results showed that the prevalence of atopic dermatitis was 4.05% of total outpatient visits, with the majority of patients being adults (81%) and females (61.9%). Most patients had moderate severity (61.9%). Statistical analysis revealed a p-value of 0.253, indicating no significant correlation between age and the severity score of atopic dermatitis. In conclusion, age was not directly associated with disease severity in this study population, although the majority of cases were found in adults.</span></em></p>2025-12-02T21:00:49+07:00Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan