https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/issue/feed Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan 2025-04-24T10:24:45+07:00 Misriyani misriyani85@gmail.com Open Journal Systems <p><strong>Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan</strong> published by Faculty of Medicine, Alkhairaat University is a peer-reviewed scientific journal dedicated to publishing good quality of research work in all areas of medical sciences.</p> https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/251 STRATEGI ANTISIPASI SENGKETA MEDIS PADA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT 2025-04-16T22:36:20+07:00 Gusti Ngurah Bagus Prenama Wiguna gusnobamana@gmail.com I. B. Gd. Surya Putra Pidada suryapidada@ugm.ac.id Wikan Basworo wikanbasworo@ugm.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong>&nbsp;</strong>Kejadian sengketa medis mengalami peningkatan di seluruh dunia. Setiap tahun sekitar 7.4 % dokter mengalami dugaan malpraktik, dimana 1.6 % diantaranya melakukan pembayaran ganti rugi, di Amerika Serikat sejak tahun 1991 hingga 2005. Dasar hukum terkait sengketa medis diatur dalam Undang-Undang Tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoensia Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien. Untuk mengetahui perbandingan kasus sengketa medis di dunia dan di Indonesia, untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa medis serta untuk memahami upaya yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi sengketa medis yang dapat terjadi pada pelayanan di rumah sakit. Menggunakan analisis preskriptif yang memberikan argumentasi untuk memberikan penilaian terkait perbandingan kasus sengketa medis yang ada di dunia dengan di Indonesia, penyebab terjadinya sengketa medis serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan konseptual (conceptual approach). Kasus sengketa medis baik di dunia maupun di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, penyebab terjadinya sengketa medis diantaranya kesenjangan pengetahuan yang mengecil antara dokter dengan pasien, timbul rasa tidak puas pada diri pasien, serta terjadinya pengabaian nilai-nilai etika. Selain itu sengketa juga dapat timbul apabila pasien telah menyatakan bahwa dokter gagal dalam merawat mereka dan gagalnya perjanjian antara dokter dan pasien yang telah terjalin. Pendekatan dengan Restorative Justice masih menjadi pilihan utama dalam penyelesaian kasus sengketa medis. Kemudian apabila berakhir pada proses hukum, pihak rumah sakit tetap memberikan bantuan hukum, diantaranya konsultasi hukum, memfasilitasi mediasi dan proses peradilan, pemberian advokasi hukum, memberikan pendampingan dalam penyelesaian sengketa medis serta mengalokasikan anggaran untuk pendanaan proses hukum dan ganti rugi. Penghormatan terhadap hak dan kewajiban pasien, serta menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional serta selalu dalam kaidah peraturan perundan-undangan dan juga hukum, menjadi poin penting dalam mencegah terjadinya sengketa medis. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya sengketa medis yaitu penguatan secara internal dengan memberikan perlindungan hukum terhadap semua komponen yang bertugas di lingkungan rumah sakit, pelaksanaan perbaikan mutu pelayanan, melaksanakan program-program yang telah disusun oleh komite medis, dan komunikasi yang baik antara pasien, petugas kesehatan, serta rumah sakit.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em style="font-weight: 400;">The incidence of medical disputes is increasing worldwide. Each year, approximately 7.4% of physicians are victims of malpractice allegations, of which 1.6% pay compensation, in the United States between 1991 and 2005. This study aim to compare medical dispute cases worldwide and in Indonesia, to discover the causes of medical disputes, and to understand the efforts that can be made to anticipate medical disputes that may arise in hospital wards. Method used prescriptive analysis using the statutory approach and the conceptual approach. The results shows that medical dispute cases worldwide and in Indonesia are increasing every year. The causes of these medical disputes include the narrowing of the knowledge gap between physicians and patients, the emergence of patient dissatisfaction, and the neglect of ethical values. The restorative justice approach remains the main choice for resolving medical disputes. In conclusion respecting the patient's rights and obligations, as well as fulfilling duties and obligations in accordance with professional standards, standard operating procedures and always within the framework of legal regulations and the law, are important points in preventing medical disputes. In addition, internal strengthening of the hospital environment is also an important point in minimizing the occurrence of medical conflicts.</em></p> 2025-04-16T10:35:15+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/257 A HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN OTITIS MEDIA PADA ANAK DI RS ANUTAPURA PALU 2025-04-16T22:36:20+07:00 Christin Rony Nayoan Chnayoan81@gmail.com Rahma Rahma rahma032.unhas@gmail.com Christin Rony Nayoan ch.lapadji@gmail.com Imtihanah Amri imtihanahamri@gmail.com I Putu Ferry Immanuel White feryimmanuel@untad.ac.id <p style="font-weight: 400;">Otitis media merupakan peradangan&nbsp; pada mukoperiosteum telinga tengah. Infeksi dapat disebabkan oleh virus dan bakteri, dan berdasarkan waktu dibagi akut maupun kronik. Ditemukan banyak pada usia balita dan anak dengan berbagai faktor risiko salah satunya yaitu status gizi yang berperan terhadap imunitas tubuh. Status gizi yang baik akan menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi maupun sebaliknya. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan <em>cross sectional</em>, simple <em>random sampling</em> yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel sebanyak 65 orang, sebagian besar laki-laki dan berada pada usia 1-5 tahun. Berdasarkan klasifikasi Otitis Media, jumlah responden terbanyak terdapat pada Otitis Media Suppuratif Akut yaitu 47 orang (72,31%) dan untuk kategori status gizi paling banyak terdapat pada status gizi normal yaitu 34 orang (52,31%). Hasil uji <em>Rank Correlation Spearman </em>&nbsp;didapatkan nilai p = 0,000 , dengan dengan nilai koefisien positif, 0,487, yang artinya terdapat hubungan antara status gizi dengan otitis media pada anak dengan kekuatan hubungan cukup dan arah hubungan searah. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian otitis media pada anak di RS Anutapura Palu, dengan sebaran lebih banyak pada anak laki-laki usia 1-5 tahun.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em style="font-weight: 400;">Otitis media is inflammation of the middle ear mucoperiosteum. Infections can be caused by viruses and bacteria, and based on time they can be divided into acute or chronic. This is often found in toddlers and children with various risk factors, one of which is nutritional status which plays a role in the body's immunity. Good nutritional status will reduce the risk of infectious diseases and vice versa. Method used in this research is quantitative research with a cross sectional approach, simple random sampling in accordance with inclusion and exclusion criteria. Results show that the total sample was 65 people, mostly boys and aged 1-5 years. Based on the Otitis Media classification, the highest number of respondents in Acute Suppurative Otitis Media was 47 people (72.31%) and for the nutritional status category the highest number was normal nutritional status, namely 34 people (52.31%). The results of the Spearman Rank Correlation test obtained a value of p = 0.000 with a positive coefficient value of 0.487, which means there is a relationship between nutritional status and otitis media in children with the strength of the relationship being sufficient and in the same direction. the relationship is in the same direction. In conclusion there is a relationship between nutritional status and the incidence of otitis media in children at Anutapura Hospital, Palu, with a greater distribution in boys aged 1-5 years.</em></p> 2025-04-16T10:37:11+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/253 PRIORITAS MASALAH PENYAKIT MENULAR DI KOTA DEPOK TAHUN 2023 2025-04-16T22:36:20+07:00 Khairiah Khairiah khairiah2785@gmail.com Helda heldanazar65@gmail.com Hidayat Nuh Ghazali hngdjadjuli@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><span style="font-weight: 400;">Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan, terkait morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular. </span><span style="font-weight: 400;">Penyakit menular langsung, penyakit yang dapat dicegah dengan Imnunisasi (PD3I), dan penyakit tular vektor masih menjadi masalah di Kota Depok. Penelitian ini untuk mengidentifikasi, menetapkan prioritas, dan menemukan penyebab masalah penyakit menular di Kota Depok, menggunakan metode studi kuantitatif dan kualitatif, mengobservasi profil kesehatan dan data terkait lainnya dari tahun 2022-2023. Penentuan prioritas masalah dengan metode PAHO-Adapted-Hanlon melalui wawancara dengan 19 orang ahli di Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas. Analisis penyebab masalah dilakukan dengan metode Fish Bone. Incidence rate Tuberculosis tahun 2022, 212/100.000 penduduk. CFR Tuberculosis 6,5/100.000 penduduk. Insiden pneumonia 3.936 kasus. Insiden HIV 327 (0,01%). Insiden Diare 18.062 kasus.Insiden kusta pada anak 7 kasus (9%). Insiden Difteri 7 kasus, 12 kasus pertusis, Insiden campak 199 kasus. Inciden Rate DBD 39/100.000 penduduk. Kasus kronis filariasis sebanyak 8 kasus. Tuberkulosis merupakan prioritas utama penyakit menular di Kota Depok dengan skor 44,57, DBD dengan skor 32,28 dan HIV dengan skor 31,09. Tingginya insiden Tuberkulosis, dikarenakan rendahnya pengobatan lengkap, kesembuhan serta banyaknya kasus Tuberculosis pada anak. Pencegahan penularan Tuberculosis dengan cara pemberian therapy pencegahan Tuberculosis, pentingnya pengobatan tuntas, melakukan advokasi, peningkatan pengetahuan masyarakat, dan investigasi kontak Tuberculosis.</span></p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Communicable diseases remain a significant health issue in Depok City, contributing to high morbidity and mortality rates. Directly transmitted diseases, Vaccine-Preventable Diseases (PD3I), and vector-borne diseases are still prevalent. This study identifies and prioritizes communicable disease issues and their causes using both quantitative and qualitative methods, observed health profiles, and related data from 2022-2023. Issue prioritization was conducted using the PAHO-Adapted Hanlon method, involving interviews with 19 experts from the Depok City Health Office and Public Health Centers, while the Fish Bone method analyzed the causes. In 2022, the tuberculosis incidence rate was 212 per 100,000 population, with a case fatality rate of 6.5 per 100,000. Pneumonia incidence was 3,936 cases, HIV 327 cases (0.01%), diarrhea 18,062 cases, leprosy in children 7 cases (9%), diphtheria 7 cases, pertussis 12 cases, and measles 199 cases. Dengue fever incidence was 39 per 100,000, with 8 chronic filariasis cases. Tuberculosis was the top priority with a score of 44.57, followed by dengue fever (32.28) and HIV (31.09). The high tuberculosis incidence is linked to incomplete treatments, low recovery rates, and pediatric cases. Prevention involves complete treatment, preventive therapy, advocacy, community education, and contact investigations.</em></p> 2025-04-16T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/259 PEMETAAN PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA KUPANG TAHUN 2019-2023 2025-04-16T22:36:20+07:00 Sindi Sirituka sindysirituka@gmail.com Pius Weraman sindysirituka@gmail.com Imelda F.E Manurung sindysirituka@gmail.com Maria M.D Wahyuni sindysirituka@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Pemetaan adalah proses pengelompokan wilayah berdasarkan kondisi geografis yang melibatkan dataran, sumber daya, dan populasi yang mempengaruhi aspek sosial budaya, dan dilaksanakan pada skala yang sesuai. Jumlah total kasus tuberkulosis paru di. Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 2022 sebanyak 7.268 kasus dan jumlah kasus tuberkulosis paru di Kota Kupang pada 2023 sebanyak 1.253 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan sistem informasi geografis di Kota Kupang pada tahun 2019-2023. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan sistem informasi geografis, yang digunakan untuk mendeskripsikan sebaran kasus tuberkulosis paru di Kota Kupang. Lokasi penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Kupang dan Badan Pusat Statistik Kota Kupang pada Juli-September 2024. Objek penelitian ini adalah data kesehatan penyakit tuberkulosis paru di Kota Kupang tahun 2019-2023, kemudian data tersebut diolah menggunakan aplikasi ArcGis View 10.8 dalam bentuk peta (gambar), tabel dan narasi. Hasil Pemetaan Penyebaran Penyakit Tuberkulosis Paru Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kota Kupang pada tahun 2019-2023, yakni Kabupaten Kota Lama dan Oebobo, berkontribusi pada angka kepadatan tertinggi selama lima tahun terakhir.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em style="font-weight: 400;">Mapping is the process of grouping regions based on geographical conditions involving plains, resources, and populations that affect socio-cultural aspects, and is carried out at an appropriate scale. The total number of pulmonary tuberculosis cases in. East Nusa Tenggara Province in 2022 has 7,268 cases and the number of pulmonary tuberculosis cases in Kupang City in 2023 is 1,253 cases. This study aims to map the distribution of pulmonary tuberculosis disease based on the geographic information system in Kupang City in 2019-2023. This study is a descriptive research with a geographic information system approach, which is used to describe the distribution of pulmonary tuberculosis cases in Kupang City. The location of the research was carried out at the Kupang City Health Office and the Kupang City Central Statistics Agency in July-September 2024. The object of this research is health data on pulmonary tuberculosis disease in Kupang City in 2019-2023, then the data is processed using the ArcGis View 10.8 application in the form of maps (images), tables and narratives. The results of the Mapping of the Spread of Pulmonary Tuberculosis Disease Based on the Geographic Information System in Kupang City in 2019-2023, namely Kota Lama and Oebobo Regencies, contributed to the highest density figure for the last five years.</em></p> 2025-04-16T10:42:09+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/262 FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS (DM) PADA USIA PRODUKTIF (20-44 TAHUN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2024 2025-04-16T22:36:21+07:00 Fin fin.30juli@gmail.com La Ode Liaumin Azim alymelhamed09@uho.ac.id Suhadi alymelhamed09@uho.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat gangguan dalam sekresi atau pemanfaatan insulin. Menurut WHO, sekitar 422 juta orang di dunia menderita diabetes dengan 45% diantaranya terjadi sebelum usia 70 tahun. Di Indonesia, prevalensi diabetes pada usia produktif (20-44 tahun) mencapai 11,7%. Di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2022 sekitar 961 kasus (8,3%) per bulan dan pada tahun 2023 menjadi 1.469 kasus (8,3%) per bulan. Adapun Puskesmas Lepo-Lepo di Kota Kendari melaporkan adanya peningkatan kasus DM pada tahun 2022 sebanyak 266 kasus (11,4%), dan jumlah ini meningkat menjadi 360 kasus (9,1%) pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko DM pada kelompok usia produktif di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2024. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional analitik yang menggunakan desain studi kasus kontrol dengan<em> matching</em>, populasi 1.058 orang yang berusia 20-44 tahun dengan 95 orang menderita diabetes. Sampel diambil menggunakan <em>simple random sampling</em> dan didapatkan 82 sampel terdiri dari 41 kasus dan 41 kontrol. Uji statistik yang digunakan yaitu McNemar dan <em>Odds Ratio</em>. Hasil penelitian didapatkan bahwa pola makan berisiko terhadap kejadian diabetes (OR = 3,000), dan aktivitas fisik (OR = 4,000). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola makan dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko Diabetes Melitus (DM) pada usia produktif (20-44 tahun) di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2024.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">Mapping is the process of grouping regions based on geographical conditions involving plains, resources, and populations that affect socio-cultural aspects, and is carried out at an appropriate scale. The total number of pulmonary tuberculosis cases in. East Nusa Tenggara Province in 2022 has 7,268 cases and the number of pulmonary tuberculosis cases in Kupang City in 2023 is 1,253 cases. This study aims to map the distribution of pulmonary tuberculosis disease based on the geographic information system in Kupang City in 2019-2023. This study is a descriptive research with a geographic information system approach, which is used to describe the distribution of pulmonary tuberculosis cases in Kupang City. The location of the research was carried out at the Kupang City Health Office and the Kupang City Central Statistics Agency in July-September 2024. The object of this research is health data on pulmonary tuberculosis disease in Kupang City in 2019-2023, then the data is processed using the ArcGis View 10.8 application in the form of maps (images), tables and narratives. The results of the Mapping of the Spread of Pulmonary Tuberculosis Disease Based on the Geographic Information System in Kupang City in 2019-2023, namely Kota Lama and Oebobo Regencies, contributed to the highest density figure for the last five years.</span></em></p> 2025-04-16T10:43:53+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/265 PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI SMAN 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2024/2025 TENTANG KEKERASAN FISIK TERHADAP ANAK 2025-04-16T22:36:21+07:00 Idha Arfianti Wiraagni idha.arfianti@ugm.ac.id Salma Maharani Cahyadi salma.maharani1703@mail.ugm.ac.id Wikan Basworo wikanbasworo@ugm.ac.id Martiana Suciningtyas Tri Artanti martianasuci@ugm.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Berdasarkan Survei Nasional Harapan Hidup Anak dan Remaja 2021, 13,91% anak laki-laki dan 10,49% anak perempuan mengalami kekerasan fisik sepanjang hidupnya. Jawa Tengah merupakan provinsi dengan jumlah kasus kekerasan anak yang cukup tinggi. Terdapat 1.151 anak korban kekerasan di Jawa Tengah pada 2022. Surakarta menjadi salah satu kota dengan jumlah kasus kekerasan yang tinggi di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh edukasi terhadap perubahan pengetahuan siswa SMAN 3 Surakarta tentang kekerasan fisik terhadap anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode <em>one-group pre-test post-test</em>. 98 siswa diambil dari 800 populasi siswa. Data yang dianalisis adalah hasil <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em> responden sebelum dan setelah dilakukan edukasi dalam bentuk kuliah singkat dengan media power point. Sebelum dilakukan edukasi, <em>mean</em> pengerjaan kuesioner responden adalah 7,31 dan setelah diberikan edukasi, <em>mean</em> pengerjaan kuesioner responden adalah 8,98. Uji <em>Wilcoxon Signed Rank Test</em> menunjukkan bahwa perbedaan mean sebelum dan setelah dilakukan edukasi memiliki nilai p &lt;0,0001 yang menunjukkan bahwa responden mengalami peningkatan pengetahuan signifikan mengenai kekerasan fisik terhadap anak.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">Based on the Survei Nasional Harapan Hidup Anak dan Remaja 2021, 13.91% of boys and 10.49% of girls experience physical violence throughout their lives. Central Java is a province with a relatively high child violence cases. 1,151 children are victims of violence in Central Java in 2022. Surakarta has become one of the cities with high number of violence cases in Central Java. This research aims to determine and analyze the influence of education on changes in the knowledge of SMAN 3 Surakarta students regarding physical violence against children. This research is a quantitative descriptive study using one-group pre-test post-test method. 98 students were selected from a population of 800 students. The data analyzed are the pre-test and post-test results of respondents before and after education was conducted in the form of a short lecture using PowerPoint. Before the education was conducted, the mean score of the respondents' questionnaire was 7.31, and after the education was provided, the mean score of the respondents' questionnaire was 8.98. The Wilcoxon Signed Rank Test shows that the mean difference before and after the education had a p-value &lt;0.0001, indicating that the respondents experienced a significant increase in knowledge regarding physical violence against children.</span></em></p> 2025-04-16T10:45:33+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/266 PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH TUNGGAL (Allium sativum L.) DAN BAWANG PUTIH MAJEMUK (Allium sativum) TERHADAP Klebsiella pneumoniae SECARA IN VITRO 2025-04-16T22:36:21+07:00 Sajuni Widjaja sajuni@staff.ubaya.ac.id Risma Ikawaty risma.ikawaty@gmail.com Avista Diapermata Sajuni@staff.ubaya.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><span lang="EN-US">Infeksi masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai. Salah satu bakteri penyebab penyakit infeksi adalah <em>Klebsiella</em> <em>pneumoniae</em>. Namun bakteri tersebut sudah mulai resisten sehingga diperlukan alternatif pengobatan lain. Masyarakat Indonesia erat dengan penggunaan herbal termasuk bawang putih. Bawang putih memiliki senyawa aktif yang bersifat antibakteri. Dua jenis bawang putih yang sering digunakan saat ini adalah bawang putih tunggal (<em>Allium sativum L</em>.) dan majemuk (<em>Allium sativum</em>). Penelitian bertujuan untuk</span><span lang="EN-US"> mengetahui perbandingan </span><span lang="EN-US">efektivitas ekstrak bawang putih tunggal dan majemuk sebagai antibakteri terhadap <em>Klebsiella pneumoniae.</em></span><span lang="EN-US">.</span> <span lang="EN-US">Metode Penelitian melibatkan</span> <span lang="EN-US">uji efektivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram (<em>Kirby-Bauer</em>) pada ekstrak bawang putih tunggal dan majemuk dengan konsentrasi 6,25% ; 12,50% ; 25% ; 50% ; 100%.</span><span lang="EN-US"> Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih tunggal menghasilkan rata-rata diameter zona hambat 1mm; 1,75mm; 2mm; 2,75mm; 4,12mm sedangkan ekstrak bawang putih majemuk menghasilkan rata-rata diameter zona hambat 1mm; 1,75mm; 2mm; 2,75mm; 4,12mm pada konsentrasi 6,25%; 12,50% ; 25% ; 50% ; 100%. Dari pengamatan makro dan hasil uji <em>Mann-Whitney</em>, tidak didapatkan perbedaan signifikan (p&gt;0,05) antara bawang putih tunggal dan majemuk. Sebagai kesimpulanbawang putih tunggal dan majemuk memiliki efek antibakteri namun tidak terdapat perbedaan signifikan di antara keduanya. </span></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Infectious diseases are still one of the most common health problems. One of the infectious bacterias is Klebsiella pneumoniae. These bacteria have started to become resistant so other alternative treatments are needed. Indonesian people often use herbs including garlic. Garlic has active antibacterial compounds. Two types of garlic that are often use are single and multi bulb garlic. </em><em>There has been no study comparing single and multi bulb garlic to Klebsiella pneumoniae.</em>&nbsp;<em>To compare the effectiveness of single bulb garlic (Allium sativum L.) and multi bulb garlic (Allium sativum) extracts as antibacterial against Klebsiella pneumoniae.</em> <em>This research is laboratory experimental research. Antibacterial effectiveness test using disc diffusion method on single and multi bulb garlic extracts with concentration of 6.25% ; 12.50% ; 25% ; 50% ; 100%.</em> <em>Single bulb garlic extract produced average inhibition zone diameter 1mm; 1.75mm; 2mm; 2.75mm; 4.12mm while multi bulb garlic extract produced 1mm; 1.75mm; 2mm; 2.75mm; 4.12mm at concentration 6.25% ; 12.50% ; 25% ; 50% ; 100%. From macro observations and Mann Whitney test, there was no significant difference (p&gt;0.05) between single and multi bulb garlic.</em> <em>Single and multi bulb garlic have no significant difference as antibacterial.&nbsp;</em></p> 2025-04-16T10:47:11+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/268 HUBUNGAN SHIFT KERJA, BEBAN KERJA, DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr. H.L.M BAHARUDDIN, M.Kes RAHA TAHUN 2024 2025-04-16T22:36:21+07:00 A'alya Maharani Harlin alyamaharani700@gmail.com Fithria alyamaharani700@gmail.com Fifi Nirmala G alyamaharani700@gmail.com <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kelelahan kerja merupakan kondisi seseorang yang terkuras habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik. Biasanya kelelahan kerja dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shift kerja, beban kerja dan status gizi dengan kelelahan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD dr. H.L.M Baharuddin M.Kes raha tahun 2024. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan desain survey analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling dengan jumlah sampel 72 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji <em>chi square. </em>Hasil uji statistik menggunakan uji <em>chi square </em>menunjukkan bahwa ada hubungan shift kerja (<em>p</em>= 0,008 &lt; 0,05) dengan kelelahan kerja pada perawat, ada hubungan beban kerja (<em>p</em>= 0,000 &lt; 0,05) dengan kelelahan kerja pada perawat dan&nbsp; tidak ada hubungan status gizi (<em>p</em>= 0,098 &gt; 0,05) dengan kelelahan kerja pada perawat. Disarankan perawat harus terus memperhatikan kondisi tubuh agar tetap sehat dan istirahat yang cukup sebelum melakukan pekerjaan di ruang rawat inap rumah sakit serta diharapkan melakukan relaksasi tubuh agar lelah berkurang setelah melakukan asuhan keperawatan.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Work fatigue is a condition where a person is completely drained and loses both psychic and physical energy. Usually work fatigue is experienced in the form of continuous physical, mental, and emotional fatigue. This study aims to determine the relationship between work shifts, workload and nutritional status with work fatigue in nurses in the inpatient ward of Dr. H.L.M Baharuddin M.Kes raha Hospital in 2024. This type of research is quantitative research and analytical survey design with a cross-sectional approach. This study used a random sampling technique with a sample size of 72 respondents. Data analysis used univariate and bivariate analysis using the chi square test. The results of statistical tests using the chi square test showed that there was a relationship between work shifts (p = 0.008 &lt;0.05) and work fatigue in nurses, there was a relationship between workload (p = 0.000 &lt;0.05) and work fatigue in nurses and there was no relationship between nutritional status (p = 0.098 &gt; 0.05) and work fatigue in nurses. It is recommended that nurses continue to pay attention to their physical condition to stay healthy and get enough rest before working in the hospital inpatient room and are expected to relax their bodies so that fatigue is reduced after providing nursing care<strong>.</strong></em></p> 2025-04-16T11:45:23+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/272 GAMBARAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GUNUNG MELETUS DI DESA DULIPALI, KECAMATAN ILEBURA, KABUPATEN FLORES TIMUR 2025-04-16T22:36:21+07:00 mariana temu27 rinatemu27@gmail.com Chrsitina R Nayoan christina.nayoan@staf.undana.ac.id Afrona E. L. Takaeb afrona.takaeb@staf.undana.ac.id Marni Marni marni@staf.undana.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Dulipali Kecamatan Ilebura Kabupaten Flores Timur memberikan dampak yang merugikan bagi kesehatan dan terdapat rumah warga yang mengalami kerusakan akibat abu vulkanik dan banjir lahar dingin. Siaga bencana sangat penting bagi masyarakat Desa Dulipali dalam mengatasi dampak negatif meletusnya Gunung Lewotobi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus. jumlah sampel sebanyak 134. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dalam kategori sangat siap (68,7%), tingkat rencana tanggap darurat dalam kategori sangat siap (32,8%), tingkat sistem peringatan bencana dalam kategori belum siap (26,9%), dan tingkat mobilisasi sosial dalam kategori belum siap (49,3%). Sistem peringatan bencana masih dalam kategori kurang siap karena belum ada alat untuk dibunyikan ketika terjadi bencana dan pada mobilisasi sosial, masyarakat belum memiliki materi atau panduan dalam menghadapi bencana. Selain itu, berdasarkan survey didapatkan ada masyarakat yang tidak menggunakan masker saat terjadi erupsi. Perlu adanya pemasangan alat peringatan dini, distribusi panduan kesiapsiagaan, edukasi penggunaan masker untuk mencegah dampak kesehatan akibat abu vulkanik, dan meningkatkan kapasitas organisasi lokal agar mampu menjadi penggerak mobilisasi sosial yang tanggap terhadap bencana dan pembentukan jaringan sosial yang kuat untuk meminimalkan risiko dan dampak bencana.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRACT</strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em>The eruption of Mount Lewotobi in Dulipali Village, Ilebura Sub-district, East Flores Regency had a detrimental impact on health and there were houses damaged by volcanic ash and cold lava floods. Disaster preparedness is very important for the Dulipali Village community in overcoming the negative impacts of the eruption of Mount Lewotobi. This research is a descriptive quantitative study with a survey method that aims to determine the level of community preparedness in facing volcanic disasters. 134 samples. The results showed the level of knowledge in the category of very ready (68.7%), the level of emergency response plan in the category of very ready (32.8%), the level of disaster warning system in the category of not ready (26.9%), and the level of social mobilization in the category of not ready (49.3%). Based on the survey, it was found that there were people who did not use masks during the eruption. It is necessary to install early warning tools, distribute preparedness guides, educate the use of masks, increase the capacity of local organizations to be able to drive social mobilization that is responsive to disasters and form strong social networks to minimize the risks and impacts of disasters.</em></p> 2025-04-16T11:47:08+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/275 RELATIONSHIP BETWEEN BODY MASS INDEX LEVELS AND THE GRADES OF HYPERMESIS GRAVIDARUM IN TORA BELO REGIONAL HOSPITAL, SIGI REGENCY 2025-04-24T10:22:16+07:00 Zuhrotul Qolbi zuhrotulq02@gmail.com I Putu Fery Immanuel White feryimmanuel@untad.ac.id Sumarni sumarnidr@gmail.com I Kadek Rupawan rupawanikadek@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRACT</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Hyperemesis Gravidarum (HG) is a condition of severe nausea and vomiting in pregnant women which has many negative impacts, including economic losses due to treatment costs, the threat of maternal and fetal safety, also adverse pregnancy outcomes such as Chronic Energy Deficiency (CED), the birth of Low Birth Weight (LBW), to stunting. The risk factors for HG are multifactorial, with one modifiable risk factor is Body Mass Index (BMI) levels. Quantitative research with analytic observational design and cross-sectional approach, analyzed using Somers' d test. Data from 63 patients, the majority had an underweight (44.4%). The grades of HG in the sample there are 2 types, namely grade 1 and grade 2, with 93.7% of patients are in grade 2. Somers’ d test showed a significant relationship between BMI levels and the grades of HG with a value of p = 0.049 (p &lt;0.05). The correlation obtained was a negative correlation (r=-0.201). The relationship was also supported by additional data that the most HG patients who has positive ketonuria, abnormal heart rate, and blood pressure, were patients with underweight. Most patients were young adults (88.9%), with multigravida (44.4%) and primipara (36.5%). Most patients had never an abortion (76.2%). There is a significant negative correlation between BMI levels and the grades of HG<strong>, </strong>namely that the lower the patient's BMI level, the more severe the grades of HG.</p> <p style="font-weight: 400;">&nbsp;</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;"><span lang="IN">Hiperemesis Gravidarum (HG) merupakan kondisi mual dan muntah hebat pada ibu hamil yang memiliki banyak dampak negatif, antara lain kerugian ekonomi akibat biaya pengobatan, ancaman terhadap keselamatan ibu dan janin, serta luaran kehamilan yang tidak diharapkan seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK), kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), hingga stunting. Faktor risiko HG bersifat multifaktorial, dengan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kadar Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian kuantitatif dengan desain observasional analitik dan pendekatan cross-sectional, dianalisis menggunakan uji Somers' d. Hasil penelitian menunjukkan data dari 63 pasien, mayoritas memiliki berat badan kurang (44,4%). Derajat HG pada sampel ada 2 jenis, yaitu derajat 1 dan derajat 2, dengan 93,7% pasien berada pada derajat 2. Uji Somers' d menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar IMT dengan derajat HG dengan nilai p = 0,049 (p &lt; 0,05). Korelasi yang diperoleh adalah korelasi negatif (r=-0,201). Hubungan tersebut juga didukung oleh data tambahan bahwa pasien HG yang memiliki ketonuria positif, denyut jantung abnormal, dan tekanan darah paling banyak adalah pasien dengan berat badan kurang. Pasien terbanyak adalah dewasa muda (88,9%), multigravida (44,4%) dan primipara (36,5%). Pasien terbanyak tidak pernah melakukan abortus (76,2%). Simpulan: Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kadar IMT dengan derajat HG, yaitu semakin rendah kadar IMT pasien, maka derajat HG semakin berat.</span></p> 2025-04-16T11:48:55+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/276 GAMBARAN PERSONAL HIGIENE PENJAMAH MAKANAN DAN SANITASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2024 2025-04-24T10:23:29+07:00 Nikmat Awaliyah Harifu nikmatawalia@gmail.com Yasnani nikmatawalia@gmail.com Lade Albar Kalza nikmatawalia@gmail.com <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Rumah makan merupakan tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kurangnya praktik sanitasi dan higiene makanan yang tepat dapat <br>meningkatkan risiko keracunan makanan dan penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare, keracunan makanan, dan penyakit menular lainnya.Namun seperti yang kita lihat sekarang masih banyak rumah makan yang belum memenuhi standar operasional, akan tetapi masih beroperasi dan masih melayani konsumennya. Tahun 2023 kasus diare yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 25,2% kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Personal Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan <br>Pada Rumah Makan Di Kecamatan Poasia Kota Kendari Tahun 2024. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan Personal Higiene yang memenuhi syarat sebanyak 26 (40,0%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 39 (60,0%). Sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat sebanyak 19 (29,2%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 46 (70,8%). Secara keseluruhan rumah makan yang memenuhi syarat sebanyak 24 (36,9%) sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 41 (63,1%). Kesimpulan penelitian ini adalah rumah makan yang ada di Kecamatan Poasia Kota Kendari yang memenuhi syarat tidak mencapai 100% baik itu dari personal higiene ataupun sanitasi rumah makan berdasarkan Kepmenkes RI No 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p><em><span lang="EN-US">A restaurant is a commercial business place whose scope of activity is providing food and drinks to the public at its place of business. Low implementation of personal hygiene and environmental sanitation will result in various health problems, for example diarrhea, food poisoning and other infectious diseases. As we can see now, there are still many restaurants that do not meet operational standards, but are still operating and still serving their customers. In 2023, diarrhea cases served in health facilities will be 25.2%. This research aims to determine the personal description of food handlers' hygiene and sanitation of food management places in restaurants in Poasia District, Kendari City in 2024. The research method used is a quantitative descriptive approach. The results of this study showed that 26 (40.0%) Personal Hygiene qualifiers, while 39 (60.0%) did not meet the requirements. There were 19 (29.2%) restaurant sanitation facilities that met the requirements, while 46 (70.8%) did not meet the requirements. Overall, there were 24 (36.9%) restaurants that met the requirements, while 41 (63.1%) did not meet the requirements. The conclusion of this research is that restaurants in Poasia District, Kendari City, which meet the requirements do not reach 100% in terms of personal hygiene or restaurant sanitation based on the Republic of Indonesia Minister of Health Decree No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 concerning Sanitation Requirements for Restaurants and Restaurants.</span></em></p> 2025-04-16T11:50:25+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/277 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BURNOUT SYNDROME PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA KENDARI 2025-04-16T22:36:22+07:00 Budi Waluyo budiwaluyo333555@gmail.com Suhadi budiwaluyo333555@gmail.com Sry Susanti budiwaluyo333555@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em style="font-weight: 400;">Burnout syndrome</em><span style="font-weight: 400;"> merupakan kumpulan dari gejala akibat kelelahan, baik secara fisik maupun mental yang termasuk di dalamnya berkembang konsep diri yang negatif, kurangnya konsentrasi serta perilaku kerja yang negatif <em>Burnout</em>merupakan menifestasi dari ketidakseimbangan antara tuntutan dengan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga terjadi penurunan nilai-nilai pribadi, martabat dan jiwa individu. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian </span><em style="font-weight: 400;">burnout syndrome </em><span style="font-weight: 400;">pada perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kendari</span><span style="font-weight: 400;">. Penelitian dilaksanakan </span><span style="font-weight: 400;">p</span><span style="font-weight: 400;">ada tanggal 5 Maret sampai 2 April 2024. </span><span style="font-weight: 400;">Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan <em>cross sectional. </em>Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. </span><span style="font-weight: 400;">Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuisioner. Tehnik analisis data yang digunakan yaitu </span><span style="font-weight: 400;">uji regresi logistik berganda</span><span style="font-weight: 400;"> dengan bantuan program <em>Stastical Program For Social Science (SPSS 25). </em>Hasil penelitan menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara <em>Individual Effort Factors </em>(X<sub>1</sub>) terhadap <em>Burnout Syndrome </em>dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 &lt; 0,05. Terdapat hubungan yang signifikan antara <em>Organizational Effort Factors </em>(X<sub>2</sub>) terhadap <em>Burnout Syndrome </em>dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 &lt; 0,05.Terdapat hubungan yang signifikan antara <em>Work Environment </em>(X<sub>3</sub>) terhadap <em>Burnout Syndrome </em>dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 &lt; 0,05.</span></p> <p>&nbsp;</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Burnout syndrome is a collection of symptoms resulting from fatigue, both physical and mental, which include developing a negative self-concept, lack of concentration and negative work behavior. Burnout is a manifestation of an imbalance between demands and what must be done to meet these demands, resulting in a decrease personal values, dignity and individual spirit. The research was conducted with the aim of finding out factors related to the incidence of burnout syndrome in nurses at Bhayangkara Hospital, Kendari City. The research was carried out from March 5 to April 2 2024. This type of research is quantitative research using a cross sectional approach. The sample used in this research was 100 respondents. The data collection method used in this research is the questionnaire method. The data analysis technique used is the multiple logistic regression test with the help of the Statistical Program For Social Science (SPSS 25). The research results show that there is a significant relationship between Individual Effort Factors (X1) and Burnout Syndrome with a significance value of 0.000 &lt;0.05. There is a significant relationship between Organizational Effort Factors (X2) and Burnout Syndrome with a significance value of 0.000 &lt; 0.05. There is a significant relationship between Work Environment (X3) and Burnout Syndrome with a significance value of 0.000 &lt; 0.05.</em></p> 2025-04-16T11:52:07+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/287 EVALUASI BAKTERI PATOGEN SPESIFIK PADA PERMUKAAN LINGKUNGAN RUANG ICU DAN OPERASI SEBELUM DAN SETELAH TINDAKAN PEMBERSIHAN DI RSUD ANUTAPURA PALU 2025-04-18T01:04:58+07:00 Andi Meutiah Ilhamjaya mutheejayanti@gmail.com Maria Rosa Da Lima Rupa mutheejayanti@gmail.com Andi Ita Maghfirah mutheejayanti@gmail.com Yani Sodiqah mutheejayanti@gmail.com Arga Yudha Pratama mutheejayanti@gmail.com Firda Ulandari mutheejayanti@gmail.com Rizky Azzahra Yudistira mutheejayanti@gmail.com Al Vasih Hamdan mutheejayanti@gmail.com Ni Luh Putu Mellenia mutheejayanti@gmail.com Rachmania Ramadani mutheejayanti@gmail.com Komang Ricky Indrawan mutheejayanti@gmail.com <p style="font-weight: 400;">Permukaan lingkungan merupakan salah satu sumber infeksi karena dapat bertindak sebagai reservoir patogen HAIs. Permukaan rumah sakit dapat terkontaminasi bakteri patogen HAIs, seperti Methicillin Resistant-<em>Staphylococcus aureus</em> (MRSA), Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE), Carbapenem Resistant Enterobacteriaceae (CRE), Multi Drug Resistant-basil gram negatif nonfermenter <em>(Pseudomonas spp., dll), </em>dan lainnya. Ketika HAIs meningkat akan berdampak ke peningkatan morbiditas, mortalitas, rawat inap yang lama, pemeriksaan tambahan, intervensi bedah dan pengobatan antibiotik yang berdampak pada lonjakan biaya perawatan kesehatan, serta masa pemulihan pasien tertunda atau bahkan dapat berakibat fatal ke kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bakteri patogen spesifik yang berpotensi sebagai penyebab HAIs. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain <em>Cross Sectional Study.</em> Sampel swab dari permukaan lingkungan diambil dengan menggunakan swab steril yang dibasahi NaCl steril lalu diinokulasi ke media kultur bakteri aerob, dan uji biokimia untuk identifikasi, serta dilakukan uji AST untuk bakteri yang ditemukan. Sebanyak 100 sampel swab permukaan diperoleh dari 4 Kamar di Ruang Operasi dan 6 Kamar di Ruang ICU RSUD Anutapura Palu sebelum dan setelah tindakan pembersihan rutin. Dmana ditemukan MRSA (6,7%) yakni pada gagang laci Ruang ICU 1 dan gagang pintu Ruang ICU 2 serta ditemukan MDR <em>Pseudomonas aeruginosa</em> (3,3%) yakni pada gagang laci Ruang ICU 4 sebelum tindakan pembersihan rutin. Namun, setelah tindakan pembersihan rutin di ICU, tidak lagi ditemukan MDR<em> Pseudomonas aeruginosa</em>, tetapi masih ditemukan MRSA (6,7%) di Ruang ICU 4 dan 6. MRSA (6,7%) juga ditemukan yaitu pada laci anestesi dan tiang infus Ruang OK 2 sebelum tindakan pembersihan rutin, namun setelah tindakan pembersihan rutin tidak lagi ditemukan MRSA di Ruang OK RSUD Anutapura Palu. Tindakan pembersihan rutin yang efektif di Ruang ICU maupun Ruang OK sangat diperlukan dalam mengeliminasi bakteri patogen spesifik yang berpotensi menyebabkan HAIs.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRACT</strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em><span lang="EN-US">Environmental surfaces are one source of infection because they can act as reservoirs of HAIs pathogens. Hospital surfaces can be contaminated with HAIs pathogenic bacteria, such as Methicillin Resistant-Staphylococcus aureus (MRSA), Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE), Carbapenem Resistant Enterobacteriaceae (CRE), Multi Drug Resistant-nonfermenter gram-negative bacilli (Pseudomonas spp., etc.), and others. When HAIs increase, it will have an impact on increased morbidity, mortality, prolonged hospitalization, additional examinations, surgical interventions and antibiotic treatment which have an impact on the spike in health care costs, as well as delayed patient recovery or can even be fatal to death. This study aims to evaluate specific pathogenic bacteria that have the potential to cause HAIs. This study is an observational study with a Cross Sectional Study design. Swab samples from environmental surfaces were taken using sterile swabs moistened with sterile NaCl and then inoculated into aerobic bacterial culture media, and biochemical tests for identification, and AST tests were carried out for the bacteria found. A total of 100 surface swab samples were obtained from 4 Operating Rooms and 6 ICU Rooms of Anutapura Hospital Palu before and after routine cleaning. Where MRSA (6.7%) was found on the drawer handle of ICU Room 1 and the door handle of ICU Room 2 and MDR Pseudomonas aeruginosa (3.3%) was found on the drawer handle of ICU Room 4 before routine cleaning. However, after routine cleaning in the ICU, MDR Pseudomonas aeruginosa was no longer found, but MRSA (6.7%) was still found in ICU Rooms 4 and 6. MRSA (6.7%) was also found on the anesthesia drawer and infusion pole of OK Room 2 before routine cleaning, but after routine cleaning, MRSA was no longer found in the OK Room of Anutapura Hospital Palu. Effective routine cleaning in the ICU and OK Rooms is essential in eliminating specific pathogenic bacteria that have the potential to cause HAIs.</span></em></p> 2025-04-16T11:53:36+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/290 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERILAKU DAN KEBERSHIAN PERSONAL DENGAN PREVALENSI INFESTASI SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN KECAMATAN RANGKASBITUNG, LEBAK, BANTEN 2025-04-16T22:36:23+07:00 Reqgi First Trasia reqgi.first@untirta.ac.id Eka Hakyanto 8881210045@untirta.ac.id Nur Bebi Ulfah Irawati nur.bebi@untirta.ac.id <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi tungau kecil bernama <em>Sarcoptes scabei varietas hominis</em> yang memiliki tingkat penularan tinggi, terutama di lingkungan dengan kepadatan penduduk tinggi seperti pondok pesantren. Faktor-faktor seperti kebersihan personal yang kurang baik, sanitasi yang buruk, serta rendahnya pengetahuan santri tentang skabies berkontribusi terhadap tingginya prevalensi penyakit ini. Riset ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, perilaku, dan kebersihan personal dengan prevalensi skabies pada santri di Pondok Pesantren Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Riset ini menggunakan metode <em>analitik observasional</em> dengan desain <em>cross-sectional</em> dan pengambilan data dilakukan melalui metode kuesioner. Hasil Riset menunjukkan bahwa prevalensi infestasi skabies di pondok pesantren tersebut mencapai 17,3%, namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan (p = 0,708), perilaku (p = 0,667), dan kebersihan personal (p = 0,134) dengan kejadian skabies. Meskipun tidak signifikan, individu dengan kebersihan personal yang lebih baik cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap skabies. Oleh karena itu, upaya edukasi kesehatan, peningkatan kebersihan, serta isolasi bagi santri yang terinfeksi tetap perlu diperkuat untuk mencegah penyebaran skabies di lingkungan pesantren.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Scabies is a skin disease caused by the infestation of a small mite called Sarcoptes scabei variety hominis that has a high transmission rate, especially in high population density environments such as boarding schools. Factors such as poor personal hygiene, poor sanitation, and low knowledge of students about scabies contribute to the high prevalence of this disease. This study aimed to analyze the relationship between knowledge, behavior, and personal hygiene with the prevalence of scabies among students in Islamic boarding schools in Rangkasbitung District, Lebak Regency, Banten. This research used an observational analytic method with a cross-sectional design and data collection was done through a questionnaire method. The results showed that the prevalence of scabies infestation in the boarding school reached 17.3%, but there was no significant relationship between the level of knowledge (p = 0.708), behavior (p = 0.667), and personal hygiene (p = 0.134) with the incidence of scabies. Although not significant, individuals with better personal hygiene tend to have a lower risk of scabies. Therefore, health education efforts, improved hygiene, and isolation for infected students still need to be strengthened to prevent the spread of scabies in the pesantren environment.</em></p> 2025-04-16T11:55:00+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/292 HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN RIWAYAT PERNIKAHAN DINI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINAUS KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 2025-04-24T10:24:45+07:00 Charolina Putri Aurelia Bura buracharolinaputriaurelia@gmail.com Ribka Limbu ribka.limbu@staf.undana.ac.id Eryc Zevrily Habba Bunga eryc.bunga@staf.undana.ac.id Petrus Romeo petrusromeo@staf.undana.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Stunting adalah salah satu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu yang lama sehingga berdampak bagi perkembangan dan pertumbuhan pada anak. Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 21,5%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu provinsi dengan tingkat prevalensi stunting tertinggi yaitu sebesar 37,9% dan kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan prevalensi sebesar 50,1%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola asuh ibu dan riwayat pernikahan dini dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Binaus Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan <em>case control. </em>Sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 responden yang mempunyai balita yang dibagi kedalam 32 orang untuk kelompok kasus dan 32 orang kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian diambil dengan teknik <em>simple random sampling. </em>Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat, dengan uji statistik <em>chi-square. </em>Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah praktik pemberian makan (p=0,000), pemanfaatan layanan kesehatan (p=0,006), perilaku hidup bersih dan sehat (p=0,002), dan riwayat pernikahan dini (p=0,023) sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah praktik pemberian ASI (p=0,274). Tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi terkait pola asuh ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak, memanfaatkan layanan kesehatan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta memberikan edukasi bagi remaja sebagai para calon ibu untuk mempertimbangan usia pernikahan.</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em><span lang="EN-US">Stunting is a nutritional problem caused by chronic malnutrition over a long period of time, which has an impact on the development and growth of children. The prevalence of stunting in Indonesia in 2023 will reach 21.5%. East Nusa Tenggara (NTT) province is one of the provinces with the highest stunting prevalence rate, namely 37.9% and South Central Timor (TTS) district with a prevalence of 50.1%. This study aims to analyze the relationship between maternal parenting patterns and a history of early marriage with the incidence of stunting in the work area of ​​the Binaus Community Health Center, South Central Timor Regency. The type of research used is an analytical survey with a case control design. The sample in this study was 64 respondents who had toddlers who were divided into 32 people in the case group and 32 people in the control group. The sample in the study was taken using a simple random sampling technique. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis, with the chi-square statistical test. The results of this study show that the variables related to the incidence of stunting are feeding practices (p=0,000), use of health services (p=0,006), clean and healthy living behavior (p=0,002), and history of early marriage (p=0,023) while variables that do not related is the practice of breastfeeding (p=0,274). Health workers are expected to be able to provide education regarding mother's parenting patterns in meeting children's nutritional needs, utilizing health services, implementing clean and healthy living behavior, as well as providing education for teenagers as prospective mothers to consider the age of marriage.</span></em></p> 2025-04-16T11:56:54+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/294 PENGARUH POLA KONSUMSI, KOMPENSASI DAN ALOKASI WAKTU KERJA TERHADAP KINERJA ANAK BUAH KAPAL (ABK) FERRY ASDP CABANG KUPANG 2025-04-16T22:36:23+07:00 Maria Pricilla Monika Lafu mikalafu57@gmail.com Intje Picauly mikalafu57@gmail.com Anna H. Talahatu mikalafu57@gmail.com <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kinerja merupakan hasil dari kualitas, kuantitas serta ketepatan waktu pekerjaan yang dicapai seorang pekerja dalam menjalankann tugas dan tanggung jawabnya. Kinerja menjadi salah satu faktor penting yang berhubungan langsung dengan keberlangsungan suatu perusahaan. Pelaut profesi yang membutuhkan tenaga, waktu dan pikiran dan biasa disebut dengan anak buah kapal ataupun crew kapal. Hal ini dikarenakan dalam bekerja dibutuhkan kinerja yang tepat dan cepat sesuai dengan jabatan saat bekerja pada departemen deck saat kapal berlayar, kapal sandar ataupun tidak adanya pelayaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui&nbsp; pengaruh pola konsumsi, kompensasi dan alokasi waktu kerja terhadap kinerja anak buah kapal (ABK) Deck kapal ferry ASDP cabang Kupang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan&nbsp; di Pelabuhan ASDP cabang Kupang dengan sampel 44 anak buah kapal. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik <em>chi-square</em>. Hasil uji statistic menunjukan ada pengaruh pola konsumsi (<em>p-value=</em> 0,040), kompensasi (<em>p-value=</em> 0,010), alokasi waktu kerja (<em>p-value=</em> 0,030) terhadap kinerja. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pola konsumsi, kompensasi dan alokasi waktu kerja terhadap kinerja anak buah kapal ferry ASDP cabang Kupang</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Performance is the result of the quality, quantity and timeliness of work achieved by a worker in carrying out his duties and responsibilities. Performance is one of the important factors that is directly related to the sustainability of a company. Seafarers are professions that require energy, time and thought and are commonly referred to as crew members or ship crew. This is because working requires precise and fast performance in accordance with the position when working in the deck department when the ship is sailing, the ship is docked or there is no sailing. This study aims to determine the effect of consumption patterns, compensation and work time allocation on the performance of crew members on the deck of the ASDP ferry in Kupang. This type of research is quantitative with a cross sectional study design. This research was conducted at the Port of ASDP Kupang branch with a sample of 44 crew members. Data analysis used is univariate analysis and bivariate analysis with chi-square statistical test. The statistical test results showed that there is an effect of consumption patterns (p-value = 0.040), compensation (p-value = 0.010), work time allocation (p-value = 0.030) on performance. Based on the results of the study, it can be concluded that there is an influence of consumption patterns, compensation and allocation of working time on the performance of ASDP ferry crew Kupang branch.</em></p> 2025-04-16T11:58:41+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/297 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PLAK GIGI PASIEN RSGM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2025-04-16T22:36:23+07:00 Ratna Sulistyorini ratnadrg@unimus.ac.id Mudyawati Kamaruddin ratnadrg@unimus.ac.id Muhammad Munawir ratnadrg@unimus.ac.id DaffaPutra Mahardika ratnadrg@unimus.ac.id Malisa Nisaul Alim ratnadrg@unimus.ac.id Angle Ananta ratnadrg@unimus.ac.id Muhammad Raihan Shane Ady Nugroho ratnadrg@unimus.ac.id <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Plak gigi merupakan lapisan <em>biofilm</em> yang berasal dari bakteri sehingga dapat melekat kuat di gigi dan permukaan lain di rongga mulut. Plak mempunyai karakteristik yang terbentuk dari lapisan gelatin tipis dan transparan, yang biasanya sulit untuk dilihat, hanya dapat dilihat apabila diamati dengan teliti, dan plak bukan suatu material <em>alba</em> (massa yang menutupi gigi) maupun suatu <em>sordes</em> (bahan putih yang menutupi gusi, terutama saat keadaan sakit). Plak gigi mengandung suatu mikroorganisme dan matriks intermikroba yang apabila terus menerus didiamkan dan tidak dibersihkan maka akan menjadi karies gigi. Penelitian ini menggunakan sampel plak gigi yang diambil dari pasien yang menderita karies gigi di RSGM Unimus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi bakteri pada plak gigi dan mengidentifikasinya secara makroskopik, mikroskopik dan pengecatan Gram. Pengambilan sampel menggunakan <em>excavator </em>dengan cara dikerok pada bagian mesial gigi yang ada plaknya. Kemudian hasil kerokan plak diinokulasikan ke dalam media TSB dan ditumbuhkan pada media BAP. Koloni bakteri yang tumbuh pada media BAP setelah diinkubasi pada suhu 37<sup>o</sup>C selama 24 jam diperoleh dua koloni yang berbeda yaitu hijau keabu-abuan (M1H) dan koloni berwarna putih (M1P). Morfologi bakteri sampel M1H berbentuk bulat, berwarna bening, ukuran ± 2 mm, tepi <em>entire</em>, elevasi cembung, dan hemolisa <em>alpha</em>. Morfologi bakteri sampel M1P berbentuk bulat, berwarna putih, ukuran ± 2 mm, tepi <em>entire</em>, elevasi rata, dan hemolisa. Analisa Gram menunjukkan M1H merupakan bakteri Gram positif ditandai dengan pengikatan warna kristal violet, sedangkan M1P adalah bakteri Gram negatif dimana penampakan warna yang ditunjukkan oleh koloni adalah warna merah (warna Safranin) yang diikat oleh dinding sel pada proses uji pengecatan Gram.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em><span lang="IN">Dental plaque is a layer of biofilm derived from bacteria that can adhere to teeth and other surfaces in the oral cavity. Plaque is characterised by the fact that it consists of a thin and transparent gelatinous layer, which is usually difficult to see and can only be seen on close inspection, and it is neither an alba material (mass covering the teeth) nor a sordes (white material covering the gums, especially when painful). Dental plaque contains a microorganism and an intermicrobial matrix that, if left untreated, will lead to dental caries. This study used plaque samples taken from patients suffering from dental caries at the RSGM Unimus. The aim of this study was to isolate bacteria from dental plaque and identify them macroscopically, microscopically and by Gram staining. Samples were taken by scraping the mesial part of the teeth with plaque using a scraper. The scraped plaque was then inoculated into TSB media and grown on BAP media. Bacterial colonies grown on BAP media after incubation at 37oC for 24 hours produced two different colonies, namely greyish green (M1H) and white colonies (M1P). The bacterial morphology of sample M1H is round, clear in colour, ± 2 mm in size, with a complete rim, convex elevation and alpha-haemolysis. The bacterial morphology of sample M1P is round, white in colour, ± 2 mm in size, entire edge, flat elevation and haemolysed. Gram analysis showed that M1H is a Gram-positive bacterium, indicated by the binding of crystal violet colour, while M1P is a Gram-negative bacterium, where the appearance of the colour shown by the colony is red (safranin colour), which is bound by the cell wall in the Gram staining test.</span></em></p> 2025-04-16T12:00:04+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/299 IN VITRO COMPARISON OF MINIMAL INHIBITORY CONCENTRATION (MIC) GRISEOFULVIN, ITRACONAZOLE, AND TERBINAFINE AGAINST THE CAUSATIVE AGENT OF DERMATOPHYTOSIS ON GLABROUS SKIN IN MAKASSAR 2025-04-16T22:36:23+07:00 Sari Handayani sari.diyanara@gmail.com Zakiani Sakka sari.diyanara@gmail.com Safruddin Amin sari.diyanara@gmail.com Nasrum Massi sari.diyanara@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Dermatofitosis adalah infeksi jamur golongan dermatofit, yaitu organisme yang menyerang jaringan keratin pejamunya. Tiga genus dermatofit yaitu: <em>Epidermophyton</em>, <em>Microsporum </em>dan <em>Trichophyton.</em>Menentukan KHM griseofulvin, itrakonazol dan terbinafin terhadap isolat agen penyebab dermatofitosis kulit <em>glabrous. </em>Pengambilan data deskriptif potong lintang dengan uji kepekaan griseofulvin, itrakonazol dan terbinafin terhadap isolat koloni dermatofit yang tumbuh melalui tehnik mikrodilusi kaldu pada Laboratorium Mikrobiologi RS Pendidikan UNHAS Makassar. Griseofulvin, itrakonazol dan terbinafin peka terhadap sebagian besar agen penyebab dermatofitosis pada kulit glabrous di Makassar yaitu dengan persentase kepekaan griseofulvin 96,15%, itrakonazole 96,30% dan terbinafin 100% dari 27 isolat dermatofit yang dapat diidentifikasi. Spesies yang telah resisten terhadap griseofulvin adalah <em>Trichophyton rubrum</em>, spesies yang resisten terhadap itrakonazole adalah Microsporum<em> audouinii </em>sedangkan terbinafin peka terhadap keduaSpesies <em>Trichophyton</em> dan <em>Microsporum.</em>KHM Itrakonazole lebih rendah dari griseofulvin dan lebih tinggi dibanding Terbinafin mengindikasikan bahwa terbinafin merupakan antifungal yang lebih peka dibanding kedua golongan obat tersebut<em>.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em><span lang="EN-US">Dermatophytosis is a fungal infection of the dermatophyte group, namely organisms that attack the keratin tissue of their host. The three genera of dermatophytes are: Epidermophyton, Microsporum and Trichophyton. Objectives: Determine the MIC of griseofulvin, itraconazole and terbinafine against isolates of the causative agent of glabrous skin dermatophytosis. Methods: Collecting descriptive cross-sectional data using griseofulvin, itraconazole and terbinafine sensitivity tests on dermatophyte colony isolates growing using the broth microdilution technique at the Microbiology Laboratory of the Makassar UNHAS Teaching Hospital. Result: Griseofulvin, itraconazole and terbinafine were sensitive to most of the agents that cause dermatophytosis on glabrous skin in Makassar, namely with a sensitivity percentage of griseofulvin 96.15%, itraconazole 96.30% and terbinafine 100% of the 27 dermatophyte isolates that could be identified. The species that is resistant to griseofulvin is Trichophyton rubrum, the species that is resistant to itraconazole is Microsporum audouinii while terbinafine is sensitive to both Trichophyton and Microsporum species. Conclusions: The MIC of Itraconazole is lower than griseofulvin and higher than Terbinafine, indicating that terbinafine is a more sensitive antifungal than these two groups of drugs.</span></em></p> 2025-04-16T12:01:28+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/300 SCOPING REVIEW VALIDITAS ALAT SKRINING DEPRESI PADA PENDERITA TUBERKULOSIS: SEBUAH SCOPING REVIEW 2025-04-16T22:36:24+07:00 Diana Munti diana.munti@universitasannasher.ac.id Erlina Wijayanti diana.munti@universitasannasher.ac.id <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Depresi merupakan komorbiditas psikiatri yang sering terjadi pada pasien tuberkulosis (TB) dan berdampak negatif terhadap kepatuhan pengobatan serta hasil klinis. Skrining menggunakan instrumen yang valid diperlukan untuk deteksi dini. Mengevaluasi validitas dan reliabilitas instrumen skrining depresi pada pasien TB, khususnya Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) dan versi singkatnya PHQ-2. Pencarian sistematis dilakukan pada database PubMed, ScienceDirect, dan ProQuest untuk studi 2014-2024. Kriteria inklusi mencakup studi validasi instrumen skrining depresi pada pasien TB dewasa. Dua reviewer independen melakukan seleksi artikel dan ekstraksi data. Kualitas studi dinilai menggunakan Newcastle-Ottawa Scale. Lima studi memenuhi kriteria inklusi dari 259 artikel. PHQ-9 menunjukkan sifat psikometrik terbaik dengan sensitivitas 88-94%, spesifisitas 80-85%, dan Cronbach's alpha 0,85-0,94. Prevalensi depresi pada pasien TB bervariasi (10,33-62,7%). Faktor risiko meliputi kesulitan keuangan, gejala pernapasan persisten, stigma, status HIV-positif, dan komorbiditas. <span style="font-weight: 400;">PHQ-9 dan PHQ-2 merupakan instrumen skrining depresi yang valid pada pasien TB. Integrasi instrumen ini ke dalam perawatan TB rutin dapat meningkatkan deteksi dini dan penanganan depresi, sehingga meningkatkan hasil pengobatan dan kualitas hidup pasien.</span></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Depression is a common psychiatric comorbidity in tuberculosis (TB) patients that negatively impacts treatment adherence and clinical outcomes. Screening using valid instruments is essential for early detection. </em><em>To evaluate the validity and reliability of depression screening instruments in TB patients, focusing on the Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) and its shortened version PHQ-2. </em><em>A systematic search was conducted in PubMed, ScienceDirect, and ProQuest databases for studies published between 2014-2024. Inclusion criteria encompassed validation studies of depression screening instruments in adult TB patients. Two independent reviewers performed article selection and data extraction. Study quality was assessed using the Newcastle-Ottawa Scale. </em><em>Five studies met the inclusion criteria from 259 articles. PHQ-9 demonstrated the best psychometric properties with sensitivity 88-94%, specificity 80-85%, and Cronbach's alpha 0.85-0.94. Depression prevalence among TB patients varied (10.33-62.7%). Risk factors included financial difficulties, persistent respiratory symptoms, stigma, HIV-positive status, and comorbidities. </em><em>PHQ-9 and PHQ-2 are valid depression screening instruments for TB patients. Integrating these tools into routine TB care can enhance early detection and management of depression, improving treatment outcomes and patient quality of life.</em></p> 2025-04-16T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://www.jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/306 INTERNAL LIMITING MEMBRANE FLAP TECHNIQUE IN THE MANAGEMENT OF PRIMARY LARGE MACULAR HOLE IN JEC PRIMASANA HOSPITAL: ANATOMIC AND VISUAL OUTCOME 2025-04-16T22:36:24+07:00 santy Kusumawaty santykusumawaty45@gmail.com Soedarman Sjamsoe Santykusumawaty45@gmail.com W.Girsang.Elvioza santykusumawaty45@gmail.com Soefiandi Soedarman santykusumawaty45@gmail.com King Hans Kurnia santykusuwaty45@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p style="font-weight: 400;">This descriptive study aimed to investigate the effectiveness of the&nbsp; internal &nbsp;limiting membrane (ILM) flap technique in treating primary&nbsp; large&nbsp; macular holes&nbsp; (MHs)&nbsp; in patients at JEC Primasana. A total of 24 patients with large MH (&gt;400 um diameter) were included in this study. Patient demographics, including gender, age, laterality, tamponade used, lens status, macular hole index (MHI) and BCVA (logMAR) were recorded. Changes in visual acuity before and after treatment were assessed using the Wilcoxon test. Differences in MHI by closure type were analyzed using the Mann-Whitney test. The correlation between MHI and postoperative visual acuity was evaluated using Spearman's rank correlation. The main outcome measures were the anatomical MH closure and final&nbsp; BCVA (logMAR). This study found that the ILM flap technique resulted in significant improvements in anatomy and visual acuity post-treatment. A total of 19 patients (79.2%) had MH closure and a mean improvement in BCVA (logMAR) of&nbsp; 1.02±0.63. The correlation between MHI and postoperative visual acuity in the closure group was positive, the higher the MHI, the better the BCVA.The ILM flap technique showed fairly good effectiveness in improving functional and anatomical outcomes in patients with large MH at JEC Primasana.</p> 2025-04-16T12:04:30+07:00 Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan